Cara Meningkatkan Imunitas Anak

“Pih, buruan pulang! Kevin muntah-muntah, lemes trus nggak mau makan minum sama sekali. Demam udah mau 40⁰C. Aku takut…”

Dengan gugup dan tangan gemetar saya menghubungi suami yang sore itu masih di kantor. Ini adalah hari ketiga Kevin demam. Dua hari kemarin saya masih agak nyantai. Tapi ini udah masuk hari ketiga dan Kevin masih demam tinggi. Dari pagi, dia menolak hamper semua makanan dan minuman yang saya sodorkan. Mukanya pucat dan sudut matanya berair. Tangan kakinya lemas, dan terus menerus menempel pada saya, seolah takut kalau-kalau saya akan pergi.

Tak sampai satu jam kemudian, suami saya pulang. Kami segera meluncur ke rumah sakit langganan, dan menerobos ruang IGD. Setelah menerima beberapa tindakan, termasuk cek darah, kami pun pulang dengan catatan kalau demam masih berlanjut hingga dua hari ke depan, Kevin harus dicek lagi darahnya. Huhuhuhu… rasanya pengen nangis deh.

Masuk hari kelima, demam Kevin masih naik turun. Tapi kali ini, disertai dengan buang air besar dan muntah-muntah parah. Saking sakitnya, Kevin sampai nungging-nungging di sofa dan menangis tersedu-sedu. Nggak mau ambil risiko, saya segera membawanya ke klinik terdekat dan dokter segera merujuk kami ke laboratorium untuk cek darah yang kedua. Hasilnya, jumlah trombositnya menurun dan leukositnya cukup tinggi. Awalnya, dokter hanya akan merawat jalan Kevin. Alasannya karena jumlah trombosit Kevin belum terlalu mengkhawatirkan, meski sudah menunjukkan penurunan selama dua kali pengambilan darah.

Saya yang khawatir banget melihat kondisi Kevin, memaksa untuk minta rawat inap ke rumah sakit rujukan. Saya takut Kevin dehidrasi karena kehilangan banyak cairan dan sama sekali nggak mau makan minum. Setelah melalui perdebatan yang agak alot, akhirnya bu dokter setuju untuk merujuk Kevin ke rumah sakit terdekat yang kami setujui.

Step pertama membuat saya agak lega. Paling nggak, Kevin akan menerima tindakan medis yang lebih lengkap. Sesampai di rumah sakit, kami masih harus menunggu beberapa waktu. Kebetulan, dokter anak yang kami tuju belum praktik. Sementara dokter yang masih praktik akan segera tutup. Beruntung, sang dokter berbaik hati mengizinkan kami masuk dengan pertimbangan kondisi Kevin yang sudah sangat lemas.

Selesai memeriksa kondisi fisik Kevin, dokter langsung memerintahkan kami untuk mengurus keperluan rawat inap. “Dehidrasi akut dan kemungkinan besar infeksi saluran cerna,” begitu diagnosa sementara yang kami terima. Duh, saya jadi merasa bersalah. Beberapa hari sebelumnya, Kevin memang agak susah makan. Dia lebih memilih cemilan untuk mengisi perutnya. Entah karena alasan apa, bekal sekolahnya juga beberapa kali utuh tak tersentuh. Air putih pun lebih sering kembali utuh ketimbang habis diminumnya. Awalnya saya mengira Kevin hanya mau tumbuh gigi atau apa. Sama sekali nggak terbayang dia bakalan kena penyakit seperti ini. Untuk memastikan kondisinya, Kevin harus melalui serangkaian cek darah lagi dan dipasangi infus.

Huhuhuhu… saya langsung ikutan nangis bombai. Gimana enggak? Sehari itu, Kevin sudah lebih dari tiga kali ditusuk jarum suntik. Dan kali ini masih harus disuntik lagi. Karena kurang cairan, perawat sampai kesulitan mengambil darahnya. Udah gitu, untuk memasang selang infusnya juga harus beberapa kali tusuk sana tusuk sini karena pembuluh darahnya terlalu kecil. Belum lagi tes alergi yang harus dijalani sebelum menerima obat. Setengah jam lebih kami berada di ruang tindakan sebelum akhirnya Kevin bisa tenang.  Keringat bercampur air mata membasahi wajah saya dan Kevin. Sementara suhu tubuhnya masih belum turun.

Selama tiga hari Kevin dirawat. Praktis selama itu saya juga harus nginap di rumah sakit. Pengalaman buruk itu sempat membuat Kevin trauma sama jarum suntik dan obat, terutama antibiotik. Untuk memberinya vitamin dan air madu aja saya sampai harus membujuk dan merayunya berkali-kali.

 

Anak-anak dan Penyakit

Getting sick alias jatuh sakit memang sesuatu yang alamiah, apalagi anak-anak yang notabene imunitas tubuhnya masih belum sepenuhnya sempurna. Belum lagi faktor eksternal seperti cuaca, kelembapan udara, dan kemungkinan penyebaran virus dari orang lain juga membuat kita rentan terkena penyakit. Terlebih, di Indonesia ini kan kesadaran untuk memakai masker saat sakit masih sangat kurang. So, virus dan bakteri bisa menyebar dengan cepat lewat udara.

Selain faktor eksternal di atas, ada juga faktor internal. Yakni asupan gizi yang belum seimbang, kurangnya aktivitas fisik, ataupun kurang beristirahat. Ketiga hal itu bisa banget bikin daya tahan tubuh lemah dan akibatnya jadi mudah sakit.

Nah ngomongin soal asupan gizi yang seimbang, masa kanak-kanak adalah periode emas untuk mendukung tumbuh kembang mereka dengan maksimal. Ibarat membangun rumah besar, kita halnya dengan tubuh anak. Makanan bergizi seimbang akan membantu anak-anak melewati masa tumbuh kembangnya dengan maksimal. Makanan bergizi di sini termasuk vitamin dan mineral ya.

Masalahnya, nggak semua anak tu gampang disuruh makan. Apalagi makan makanan yang bergizi seimbang. Nggak sedikit di antara mereka yang lebih memilih nugget ketimbang sayur bayam atau sop jagung, bukan? Nggak heran, kalau kids jaman now jadi lebih rentan sakit dibandingkan kita yang lebih banyak makan sayur dan buah. Nggak hanya lebih cepet jatuh sakit, anak-anak juga rentan kehilangan nafsu makan, lebih cepat letih, lesu dan nggak bersemangat untuk belajar.

cara meningkatkan imunitas anak

 

Menjaga Meningkatkan Imunitas Anak

Sebagai ibu, udah jadi tugas kita untuk memastikan mereka terlindungi dan bisa melewati masa tumbuh kembangnya dengan sempurna. Untuk meningkatkan imunitas atau daya tahan tubuh anak, ada beberapa cara yang bisa kita terapkan.

Aktivitas fisik yang cukup

Seperti yang sudah saya sebutkan sebelumnya, aktivitas fisik itu penting banget untuk menunjang kesehatan. Semakin aktif bergerak, tubuh juga akan lebih bugar dan sehat. Apalagi di masa pertumbuhan, anak-anak memiliki energi yang sangat besar dan harus disalurkan. Karena itu, doronglah anak untuk lebih banyak bermain dan bergerak ketimbang mager di depan tivi atau asik dengan gadgetnya.

Memastikan anak memiliki waktu istirahat yang cukup

Untuk mengimbangi aktivitas fisik yang tentunya menguras energi, anak juga harus memiliki waktu istirahat yang cukup. Saat tidur inilah tubuh anak akan mengalami pemulihan sehingga siap untuk beraktivitas lagi nantinya. Saya sih selalu mengajak Kevin untuk tidur siang setiap hari. Selain itu, istirahat malam juga harus cukup. Biasanya Kevin akan tidur sekitar pukul 10 atau 11 malam hingga pukul 6 pagi.

Memberikan asupan makanan bergizi seimbang

Pengalaman buruk diopname dan sempat trauma tadi membuat saya ekstra hati-hati mengenai makanan yang dikonsumsi anak-anak. Nggak cuma Kevin, untuk Rafael dan anggota keluarga yang lain juga saya lebih selektif. Hampir semua jenis masakan saya buat sendiri di rumah, terutama untuk menu sehari-hari dan bekal mereka ke sekolah. Tapi, kami juga masih menyisakan waktu untuk menikmati jajanan di luar rumah, dengan catatan tempat jualannya bersih, dan makanannya memang tidak bisa saya buat sendiri di rumah.

Melengkapinya dengan makanan tambahan dan multivitamin

Selalu ada momen di mana anak-anak tuh nggak mau makan dengan benar. Karena itu, saya melengkapinya dengan memberikan makanan tambahan dan multivitamin. Sebisa mungkin saya pilih bahan-bahan alami yang pastinya aman untuk anak-anak, seperti madu dan temulawak.

Makanan tambahan dan multivitamin ini penting banget terutama untuk menambah napsu makan, meningkatkan kecerdasan dan daya tahan tubuh.

Bicara soal multivitamin, di pasaran ada begitu banyak produk yang bisa kita temukan. Meski demikian, kita harus selektif dalam memilih dan menentukan produk mana sih yang paling bagus dan bermanfaat. Sejauh ini, saya punya beberapa rekomendasi multivitamin yang pernah dan sedang dikonsumsi Kevin. Di antaranya adalah:

  • Imboost Kids, biasanya saya kasih kalau Kevin agak nggak enak badan. dosisnya bisa 1-2 sendok sehari, tergantung kebutuhan. Tapi karena vitamin ini mengandung echianchea, maka nggak boleh dikonsumsi selama lebih dari 2 bulan berturut-turut. Paling lama sih, biasanya 1-2 minggu kalau kondisi imun Kevin udah bagus, saya setop.
  • Stimuno, multivitamin ini sama dengan Imboost. Isinya ada echinachea-nya. Jadi perlakuannya sama ya Moms.
  • SeaQuill Multivitamin for Kids. Ini saya kasih sebagai booster paling akhir untuk Kevin. Selain harganya cukup mahal di kantong (kurleb 500K sebotolnya), rasanya juga nggak gitu suka Kevin. Jadi agak susah masukinnya.  Isinya macem-macem, tapi tetep mengandung echinachea. So, goodybye deh setelah maximal 2 bulan ya.
  • Gummy Kids dari Wellness, yang sekarang saya lagi pakai. Bentuknya kayak permen yuppy, kenyal dan chewy. Kevin suka. Isinya cukup komplit, ada vit A,B,C,E, zinc, dll. Amannya, dia nggak ada echinachea-nya. Jadi bisa dimakan setiap hari. Cuma, saya tetep membatasi pemberiannya. Biasanya 2-3 kali seminggu udah cukup. Apalagi kalau anak mau makan beragam dan banyak.

Nah, itu tadi beberapa tips menjaga imunitas anak, terutama di masa pandemi gini. Selain itu, jangan lupa juga jaga mood-nya agar tetap hepi ya Moms!

bety kristianto