Sejujurnya, saya udah nggak tahu mau ngomong gimana lagi hari-hari ini. Lebih dari setahun kita semua di rumah aja, nggak ngemol, nggak jalan-jalan, apalagi terbang ke sana sini. Dulu, pas awal-awal pandemi, mikirnya tuh cuman dua minggu lah, oke deh fine! Di rumah aja nggak papa. Lha sekarang udah setaun lebih ya mekso bikin pikiran runyam.

Setahun lalu, kita masih rada hepi meski galau, tinggal di rumah aja. Tahun ini beda. Setiap buka medsos, WAG, isinya berita dukacita. Entah itu ada yang meninggal, atau “sekadar” terinfeksi si virus corona ini. Rasanya overwhelmed banget. Saya sampai mikir kalau keseringan kayak gini bisa oleng juga nih otak. Akhirnya, dengan tidak mengurangi rasa empati pada dunia luar, saya putuskan untuk non aktif dulu di dunia per-efbe-an. Saya nggak mau berita-berita buruk dan menyedihkan itu menghantam mental saya.

But yes, saya masih mainan IG. Minimal, tiap buka IG feed saya nggak langsung ketemu sama berita dukacita, seperti di FB. Saya berusaha mengosongkan kotak dukacita dalam otak saya dan menggelontorkan hormon bahagia di sana. Saya men-skip hampir semua feed yang berisi berita buruk, dan sebagai gantinya saya menikmati video-video lucu dari binatang piaraan atau jokes receh di IG.

Sekali lagi, ini bukan berarti saya apatis dan nggak puya hati nurani. Saya hanya ingin membuat diri saya tetap waras dan bahagia di tengah kedukaan dan himpitan yang makin hari makin berat. Buat saya, setiap orang punya caranya masing-masing untuk menyelamatkan dirinya. Dan inilah saya cara bertahan hidup. Please forgive me kalau ada yang kurang berkenan dengan cara ini. I’m not gonna be mad at you. Mari bertahan dengan cara kita sendiri-sendiri, sebab kitalah yang paling bertanggung jawab sama diri kita sendiri.

Well, stress akibat pandemi dan segala tetek bengeknya ini nggak hanya menghinggapi kaum dewasa. Anak-anak dan remaja pun berisiko terkena cabin fever seperti ini. Dan to be honest, nggak mudah untuk menyeimbangkan kembali kewarasan mental di saat seperti ini. Karena itu, kita harus menemukan jalan keluar yang paling nggak, bisa membantu kita tetap positif, kreatif dan produktif.

Bukan bermaksud menggurui, tapi saya hanya ingin berbagi apa aja sih yang saya kerjain selama setaun di rumah aja. Mau tahu? Kuy, simak ya.

 

cara tetap waras meski di rumah aja

6 Cara Tetap Waras Meski di Rumah Aja ala Saya

1. Menulis

Mungkin bagi sebagian orang menulis itu membosankan. Tapi buat saya, hal itu justru memberi banyak manfaat. Menulis membantu saya meredakan stres, membuat saya bisa mengeluarkan apa yang ada dalam pikiran sehingga nggak numpuk jadi sampah. Dengan mencatat hal-hal yang menjadi beban dalam pikiran, saya seperti sedang mengosongkan bak sampah yang berbau busuk.

Keuntungan lainnya adalah, tulisan tersebut nggak hanya jadi monumen pengingat. Saya juga bisa menjadikannya barang komersil yang bernilai ekonomis. Selama pandemi Covid-19 ini, saya menerbitkan satu novel, mengedit dua buku bersama tim TNI AD di RSPAD, dan saat ini tengah menulis buku ajar dan menyelesaikan sebuah novel baru.

Itu artinya, apa yang saya tuliskan kemarin dan hari ini, memberi saya pemasukan, di luar kepuasan batin yang tentu saja saya peroleh. Hal ini belum termasuk tulisan-tulisan dalam blog yang juga mendatangkan fulus lumayan.

2. Menonton film atau drama

Untuk mengusir stres, saya suka memanjakan diri dengan menonton film atau drama. Alur cerita yang menarik lumayan manjur menghilangkan tekanan dalam otak dan membuat saya lebih rileks. Saya nggak terlalu pusing memikirkan genre apa yang saya tonton. Yang penting, bisa membuat saya lebih nyaman dan tenang.

3. Olahraga

Beraktivitas secara fisik juga bisa mengurangi stres. Meski masih bolong-bolong, saya coba mendisiplinkan diri untuk rutin treadmill atau sekedar yoga ala-ala gitu di rumah. Kalau pas sempat, saya juga ikuti senam aerobik dari Youtube heheh.

4. Bermusik

Sejak kecil, saya suka bermusik dan menyanyi. Musik memang menjadi salah satu pilihan terbaik untuk menghilangkan stres. Saya suka mendengarkan musik yang lembut meski nggak tiap hari. Efeknya, tekanan darah lebih stabil, stres dan kecemasan pun lumayan banyak berkurang. Kalau lagi senggang banget, saya juga bernyanyi dan berkolaborasi sama Si Kakak untuk urusan musik dan mixingnya.

5. Memasak

Salah satu kegiatan yang Emak-emak banget ya apalagi kalau bukan masak. Nggak selalu membuat masakan yang super untuk menghilangkan stres. Sekedar membuat kue atau mi goreng pun, cukup ampuh mengurangi stres. Apalagi jika masakan tersebut adalah favorit keluarga. Tapi, untuk urusan beberes after cookingnya saya suka minta tolong suami atau anak-anak, biar nggak jadi uring-uringan lagi kalau kecapekan. Wihihihi..

6. Mainan Skincare

Ini adalah kerjaan baru buat saya yang hampir 40 tahun nggak pernah ngurusin skincare dan nggak ngerti kenapa harus pakai skincare. Saya tahunya asal udah cuci muka, pakai pelembap, pakai bedak dan lipstik, udah deh. Hahaha.. separah itu. Iyaaa…. pas udah masa pandemi ini saya banyak stalkingin akun beauty di IG plus temen-temen banyak juga yang ngebahas soal skincare. Dari situ akhirnya saya ikut mainan skincare juga. Dan hasilnya, udah setahun lebih ini addicted sama urusan perawatan wajah. Bonusnya sih kulit wajah (katanya) jadi lebih glowing dan beberapa job beauty nyangkut manis di sini. Ulala…

Keenam hal di atas memang nggak serta merta jadi obat penyembuh stres yang 100 persen manjur. Selalu ada beberapa waktu di mana saya tetep merasa down, feeling unwell sama situasi sekarang, dan kadang juga bertanya-tanya kapan semua ini akan berakhir. Tapi paling tidak, dengan keenam kegiatan tersebut, saya berusaha untuk menyembuhkan diri sendiri sambil tetap berdoa yang terbaik bagi pemulihan negeri dan dunia ini.

Selamat menyayangi diri sendiri dan terus tebarkan kasih sayang buat dunia ya..

bety kristianto