Hai Moms…
Udah lama ya saya nggak nulis review restoran hehe… Sebenarnya ada beberapa tempat yang pengen banget saya review. Tapi berhubung kesibukan saya, akhirnya harus tertunda berbulan-bulan #eaaaa!!
Oke, kali ini saya akan bahas kuliner asli Gunung Kidul. Teman-teman pasti pernah dengar soal pantai-pantai di daerah selatan Jogja yang eksotis itu kan? Nah, kuliner asli daerah yang satu ini nggak kalah asyik lho! Ada banyak makanan khas yang, meski ndeso, tetap ngangenin. Seperti tempat makan yang satu ini.
Rumah Makan Bu Tiwi Tan Tlogo. Demikian sebutan femes di kalangan masyarakat sekitar. Unik ya?
Tlogo dalam bahasa Jawa berarti telaga atau danau. Sedangkan “tan” adalah singkatan dari katan “wetan” yang artinya timur. Rumah makan Bu Tiwi memang terletak persis di sebelah timur sebuah telaga kecil. Nah, dari situlah nama unik tersebut berasal.
Rumah Makan Bu Tiwi terletak di jalan utama Wonosari-Semanu, agak jauh dari jalur utama menuju ke pantai. Kalau dari pusat kota Jogja, kira-kira jaraknya sekitar 45 km atau 2 jam berkendara. Wow! Jauh ya Bo… Karena itu, you better get camilan, bekal minum, permen atau apapun sebelum berangkat. Terutama kalau bawa anak-anak ya Moms.
Meski nggak terletak di jalur utama menuju pantai plus tampilan fisiknya cukup sederahana, tempat makan ini selalu ramai dikunjungi orang. Terutama pas weekend atau hari libur. Sst, tahu nggak? Rumah Bu Tiwi ini ternyata langganan mantan orang nomor satu di Indonesia lho Moms. Yup! SBY kabarnya sudah beberapa kali mampir ke sini. Beberapa foto yang dipajang di dinding merekam kunjungan beliau. Hm, berarti saya harus siap-siap dengan makanan endezz yang pastinya menggoyang lidah. Hehe… horaaaaii!!
Sebenarnya saya sangat penasaran dengan warung makan ini sejak lama. Cuman karena lokasinya cukup jauh dari pusat kota Jogja, kami harus mengatur waktu yang tepat. Nah berhubung waktu itu pas akhir tahun dan anak-anak libur sekolah, jadinya pas banget buat memanjakan perut. Apa?? Akhir tahun? Yess… dan reviewnya baru dibikin sekarang hahaha… Hampuraaa!!!
Dari segi fisik, rumah makan ini terlihat sama dengan rumah makan lainnya. Kesan ndeso cukup menonjol dengan arsitektur rumah khas Jawa di bagian depan. Memasuki area makan utama, kami disambut dengan meja dan bangku kayu berwarna cokelat yang biasa dipakai masyarakat Jawa. Tampaknya, pemilik warung makan ini ingin menampilkan taste jadoel yang kental. Dulu, nenek dan kakek saya juga memakai furnitur seperti ini. Meja kursi kayu yang super tebal dan berat. Aquarium yang cukup besar, ditempatkan pas di tengah ruangan, untuk memberi kesan segar sekaligus bisa jadi area main untuk anak-anak.
Di bagian belakang, ada gedung pertemuan yang bisa dipesan untuk beragam keperluan. Selain itu, ada juga gazeebo atau rumah-rumah kecil tanpa dinding yang dikelilingi oleh taman kecil yang asri. Ada beberapa tempat cuci tangan di sudut-sudut taman. Yang unik di sini adalah pemasangan strimin atau kawat nyamuk di area makan utama atau rumah induk. Kata pelayannya, fungsinya untuk mencegah nyamuk, lalat dan serangga lain masuk. Jadi, kita nggak perlu khawatir makanan kita dilalerin ya Moms. Cerdas!
Berhubung warung makan ini ndeso, udah pasti makanan yang disajikan nggak kalah ndeso ya. Jadi, kami pesan menu yang katanya paling diburu para pengunjung. Yakni nasi merah, gudeg dong kates (daun pepaya), sayur lombok ijo, empal goreng, brongkos, ayam kampung goreng dan tahu serta tempe bacem. Oya, untuk si Mbarep yang lidahnya lebih complicated, saya pesankan nasi goreng spesial. Untuk minumannya, kami pesan teh nasgithel khas Gunung Kidul yang nikmatnya tiada tara. Nasgithel itu akronim dari “panas, legi, kenthel” yang dalam bahasa Indonesia artinya panas, manis dan pekat. Itulah coki-coki yang bikin mak nyuzz. Uhuiii!
Sayangnya, saya nggak sempat banyak cekrak cekrek kemarin. Selain karena capek, Kevin juga agak rewel dan nggak mau diam. Alhasil saya harus mengikutinya ke sana kemari dan mengajaknya bermain. Nasib jadi emak ya hehe…
Well, kembali ke masalah makanan ya. Seperti makanan Jawa umumnya, makanan di sini taste-nya cenderung manis. Mungkin kurang cocok untuk Mommies yang hobi makanan gurih dan asin seperti makanan Sunda atau warung Padang gitu. Tapi, untuk mencicipi kekayaan kuliner nusantara, rasanya nggak akan sia-sia deh menghabiskan seporsi nasi merah lengkap dengan lauk pauknya di sini.
Mengenai harga, menurut saya cukup bersahabat. Kami yang datang berdelapan, dengan menu yang saya sebutkan di atas, hanya menghabiskan nggak lebih dari 325 ribu. Terjangkau banget kan? Kenyang dan puas, lagi. Di Jakarta nggak akan dapet tuh harga segitu untuk delapan orang.
Buat Mommies yang penasaran dengan menu dan harganya, berikut beberapa hasil jepretan saya.
Ok, segitu dulu review saya kali ini. Kapan-kapan kalau teman-teman ke Jogja, jangan lupa mampir ke warung makan ini ya.
Salam kenyang!
Bety
Aiih pake nasi merah, saya banget itu mah mbok sbg pelaku food-combining coret, ahahah maklum masih banyak cheatingnya. Noted ah! TFS.
Iya Mba Dwi, enak enak menunya hihi
Makasih mbak, reviewnya, mudah mudahan bisa mampir pas pulang gunung kidul nanti
Mampir ya mba, kalo ke sini 😊
Adoh banget padahal ya pengen juga incip-incip gudeg dong katesnya. Sedep kayaknya, manis pait gitu bukan?
Iya mba, manis pait tapi ada gurih dan pedesnya. Endezzz
Pertama baca “tan”, kirain tan malaka atau tan apa lah… Kwkwk ealah ternyata wetan
Btw, itu kenapa harus di Jogja ya.. 300 ribu berdelapan..di Jakarta berempat udah hebat hiks!
Catet dah alamate… Makasih sharingnya 🙂
Hihihi iya mba, murmer bingit
ngencess maak!!
Woow….asyik emang t8h menu nasi merah & gudwg daun katesnya..hhmmm
Huwaaaa…. Jadi ngiler. Tapi jauuuhh dari tempatkuuu, hiks
terima kasih review nya mba. jadi pengen cobain saat berkunjung ke jogja