Hola, Mommies… apa kabar?
Ada yang hobi baca buku? Bagi sebagian orang, membaca buku ibarat jelajah wisata yang bisa memberi pencerahan luar biasa loh. Palagi buat kita-kita yang jarang bepergian -macam saya ini- hiks … hihihi. Dengan membaca, ada banyak informasi yang mungkin nggak akan kita dapetin kalau sehari-hari dolan kita cuma di sekitaran rumah, pasar dan sekolah anak.
Saya termasuk yang hobi baca. Meski nggak terlalu suka bacaan yang berat-berat, tetap aja setiap hari saya selalu nyempetin baca buku. Bahkan, saya pernah bikin resensi sebuah buku dan mengirimnya ke sebuah media online nasional. Puji Tuhan, meski harus melewati fase revisi yang cukup membuat saya keder, akhirnya tulisan itu bisa tayang. Buat Mommies yang mau intip-intip tulisan lama itu, linknya ada DI SINI ya.
Sebenernya ada beberapa buku yang udah saya tulis resensinya. Salah satunya buku berjudul Cahaya di Penjuru Hati yang tayang di Takaitu, platform yang sempat saya jadi kontributornya di sana. Beberapa kali juga saya coba mengirim naskah resensi ke media cetak, namun sukses ditolak. Hihihi.
Sejak itu, saya nggak pernah lagi ngirim resensi ke media. Selain sibuk sama kerjaan lain, honestly akutu takut ditolak lagi bhahaha, kan nyesek! Daripada ditolak, akhirnya saya nulis resensi buku di blog aja. Seperti sekarang, saya mau ngebahas buku antologi keren hasil karya emak-emak penulis yang tergabung dalam IIDN (Ibu-ibu Doyan Nulis). Oke, mari kita let’s go!
Judul buku : Ngeblog Seru ala Ibu-ibu
Penulis : Widyanti Yuliandari, dkk
Penerbit : Najmu Books Publishing
Tahun terbit : 2019
Jumlah halaman : x + 207
ISBN : 978-602-52947-5-4
Harga : Rp. 80.000 (P. Jawa)
Buku bersampul depan warna hijau ini, sekilas langsung membawa aura feminin dan elegan. Setidaknya, itulah yang saya tangkap saat pertama kali menerimanya dari babang kurir. Yes, buku keluaran penerbit indie ini saya pesan secara online. Ukurannya yang handy (21 x 14 cm), membuat buku ini easy to carry, nggak berat dan juga nggak terlalu gede kalau dimasukkan ke dalam tote bag. Kertas yang dipakai berjenis bookpaper berwarna krem ini memang tergolong ringan. No wonder meski jumlah halamannya 200-an, nggak kerasa berat di tangan.
Buku antologi bertema blogging ini terdiri atas 3 bagian, 40 judul dan ditulis oleh 39 penulis berbeda yang semuanya perempuan. Nggak heran, setiap judul tulisan memuat ciri khas masing-masing penulis. Biar nggak penasaran, yuk kita bedah masing-masing bagiannya ya.
Table of Contents
Bagian 1, Why Blogging
Buku ini diawali dengan pertanyaan basic tentang mengapa ngeblog? Ada 19 tulisan di bagian awal ini, paling banyak di antara 2 bagian lainnya. Dan ya, menurut saya emang pertanyaan basic itu paling banyak ditanyakan sama para blogger.
Dalam bagian pertama ini, ada beberapa blogger femes yang menuliskan pengalamannya dan membagikan cerita mengapa mereka memutuskan untuk ngeblog. Ada parenting blogger Mba Yeni Sovia, Mba Dira Indira, mantan jurnalis media Mba Novi Ardiani, dan blogger ndeso Bety Kristianto. Wkwkwk.. (asa gimana gituuu nyebut nama sendiri).
Di halaman 46, Mba Yeni Sovia menuliskan bagaimana awal mulanya beliau menggeluti profesi sebagai blogger setelah sebelumnya menjadi guru. Nggak hanya itu, ibu muda ini juga membagikan apa aja sih yang sudah dicapainya selama 1 tahun ngeblog. Eits… ternyata banyak loh! Nggak cuma materi aja, tapi beberapa hal penting lainnya diraihnya justru dari rumah. Pas baca tulisan ini, saya langsung keingetan sama Mba Yeni. Spiritnya itu loh, nyampe banget ke hati saya. Jadi inget pas mit ap di acara launching buku terbaru saya kemarin di Bandung. Jadi pas baca tulisannya di buku ini, berasa lagi liat mba Yeni orasi di panggung. Uhuui, mantul!
Mba Dira Indira, salah satu mentor blogging saya, membagikan pengalamannya mengawali profesi sebagai blogger di halaman 92. di tengah kesibukannya menyelesaikan studi doktoral dan mengasuh putranya yang berkebutuhan khusus, Mba Dira menemukan passion baru dalam menulis dan menyalurkannya lewat blog. Nah, di sini juga kita akan menemukan bagaimana menulis bisa menjadi terapi bagi penulisnya itu sendiri. Dan blog bisa jadi salah satu media yang paling gampang diakses.
Tulisan saya sendiri ada di halaman 27. di sana, saya bagikan pengalaman tentang bagaimana awal ceritanya saya ngeblog, gimana suka dukanya nyari-nyari tutorial bikin blog, sampai gimana sedihnya kehilangan laptop second gratisan yang mendadak is dead saat saya membutuhkannya. Huaaa…. jadi inget lagi deh ama si lappie. Kalau Mommies baca tulisan saya ini, dijamin baper deh. (makanya beli!)
Bagian 2, Membangun Konsistensi
Kalau di bagian awal berisi tentang alasan para blogger itu nyemplung di dunia blogging, di bagian 2 ini kita akan diajak memahami bagaimana konsistensi sangat diperlukan agar tetap eksis sebagai blogger yang amanah dan gak tergerus arus jaman. *halaah*
Ada 9 judul tulisan di bagian kedua ini, di antaranya ada Bunda Hani Widiatmoko, yang meski sudah oma-oma tapi spiritnya masih wokeey punya. Tulisan Oma Bara ini mengisi halaman 124 dan berkisah tentang bagaimana menjaga motivasi diri sendiri agar tetap konsisten nulis dan ngisi blog. Di sini beliau juga membagikan tips yang bisa dilakukan untuk melakukan hal itu. Antara lain berkomunitas, mengikuti lomba dan telaten blogwalking. Hm, keren kan tipsnya?
Selain itu, di halaman 129 juga ada tulisan blogger femes Makasar, Mba Mugniar, yang udah malang melintang di dunia blogging. Mengawali kariernya sejak 2011 lalu, ibu 3 anak ini kini sudah cukup femes di kalangan para blogger. Ada satu tips yang diberikannya di sini yaitu: menulis dengan hati. Selain itu, Mba Niar juga sering kali menantang dirinya sendiri untuk melakukan sesuatu yang sudah dia targetkan. Hal ini dilakukan semata demi menjaga konsistensi dan semangat ngeblog agar nggak mudah padam.
Selain dua penulis itu, di bagian 2 buku Ngeblog Seru ala Ibu-ibu ini juga diwarnai dengan tulisan para blogger lain seperti Mba Emmy Herlina, ibu dua putra yang tinggal di Lampung. Sahabat saya yang suka nyanyi ini, membagikan cerita tentang kecintaaannya pada dunia literasi dan bagaimana ia menemukan aktivitas menulis sebagai self healing yang ampuh. Dengan bahasa ringan yang dikemas dengan cantik, Mba Emmy menuliskan cerita yang sangat inspiratif.
Bagian 3, Penghasilan dari Blog
Nah, ini adalah bagian paling saya tunggu hehehe. Ya iyalaaah.. secara bagian perduitan itu selalu indah untuk diceritakan. Dibuka dengan kisah dari sang kapten IIDN, Mba Widyanti Yuliandari, bagian penutup buku ini emang asli menarik perhatian saya. Kepo dong gimana caranya mbak cantik ini dapet duit dan peluang-peluang besar lainnya, padahal beliau tinggal di kampung yang jauh dari ibukota. Dari tulisan ini saya belajar mengerti bahwa kesuksesan jadi blogger itu nggak selalu tergantung dari sisi kita tinggal di mana. Tapi content is always the key! Mba Wid juga menyampaina beberapa hal penting lainnya soal bagaiman menjadi blogger yang aktif dan tetap produktif menebar manfaat.
Selain Mba Wid, bab terakhir buku ini juga ada mba Dwi Arum, bu dokter yang aktif sebagai blogger. Pemilik blog berniche lifestyle dan traveling ini membagikan pengalamannya berpenghasilan dari blog. Mulai dari jasa review product, content placement hingga google adsense. Lengkap pokoknya.
OPINI
Secara keseluruhan buku ini cukup lengkap. Isinya mengupas banyak hal terkait dunia blogging yang dinamis dan berwarna. Dari bagian pertama sampai ketiga, saya mendapatkan banyak sharing yang menarik dan bikin saya makin cinta sama blog. Asli, saya ngiler sama pencapaian blogger-blogger keren yang ada di sini. So, meski nggak menjelaskan tentang blogging secara teknis, buku ini tetep bermanfaat banget buat pembaca yang baru mau mulai ngeblog, blogger pemula, hingga blogger yang sudah mapan sekalipun.
Kesan dan pesan
Selalu ada kritikan untuk sebuah karya kan ya?
Nah, seperti kebanyakan buku antologi lain, buku Ngeblog Seru ala Ibu-ibu ini diwarnai dengan gaya penulisan yang beragam. Bagi pembaca yang sudah terbiasa membaca buku “rame-rame” tentu nggak ada masalah. Namun buat mereka yang awam, sepertinya harus memahami dengan seksama isi buku ini secara keseluruhan. Sebab gaya tulisan yang berbeda-beda ini bisa jadi akan mengganggu fokus dan reading taste yang diusung.
Udah gitu, again, seperti kebanyakan buku antologi umumnya, naskah awal sangat minim diedit. Sehingga ada beberapa hal yang rasanya agak kurang smooth. Misalnya pada bagian profil beberapa penulis. Namun, over all hal ini nggak terlalu ngerusak isi buku sih. Apalagi buku ini sangat minim typo alias salah ketik. Meski beberapa istilah blogging mungkin agak asing bagi pembaca awam, hal ini sepertinya juga nggak terlalu jadi masalah. So, masih tolerable kok.
Sisi positifnya, buku ini menawarkan bacaan ringan namun penuh manfaat yang pastinya bikin pembaca baper dan pengin jadi blogger. Palagi pas baca ada yang dapet job review, endors project, dan banyak hal menarik lainnya.
Sayangnya, buku yang dijual dengan sistem PO ini kabarnya sudah run out of stock. Artinya buat temen-temen yang penasaran sama isi buku ini dan pengen beli, kudu syabar nunggu periode PO berikutnya. Pastikan nungguin ya, jangan beli yang bajakan apalagi fotokopi punya temen. Hiks itumah jahaap heheh.
Oke, itu tadi resensi buku saya kali ini ya. Sampai jumpa di resensi buku lainnya.
Keep on reading!
Aku seneng banget baca resensi buku ini
Meski namaku enggak disebut tapi tetep aja bahagia karrna dalam buku ini ada tulisanku gitu loh. Hahah
Hihihi maapkaan mba Ajeng.. buanyak banget blogger keren yang ada di buku ini. Nek tak sebutin semua bisa jadi spoiler beneran nanti wkwkwk.
hahahah….saya yang notabenenya laki – laki malahan sudah beli, yuk buk ibuk dan para wanita lainnya jangan mau ketinggalan,,,,,beli …beli…bli…. tulisan di dalam bukunya penuh pengetahuan.. 🙂
Bagus banget ya tapi saya belum baca nih jadi penasaran juga
Pengalaman pertamaku nulis untuk buku antologi. Ga nyangka ternyata bisa satu buku dengan mba cantik ini. Kapan ya bisa satu project lagi? heheheh..