Sejak mengunjungi Borobudur tahun lalu, Kevin sepertinya suka banget kalau diajak ke candi. Beberapa kali dia melihat foto-foto yang sempat kami abadikan, dia selalu bilang besok kapan-kapan mau ngeliat candi lagi. Nah beberapa waktu kemarin saya melunasi janji untuk mengajaknya ngeliat candi lagi. Tapi kali ini saya ngajakin ke Prambanan.

“Borobudur ya Mi?” tanyanya sewaktu mobil kami melaju meninggalkan rumah. “Bukan, Dek. Prambanan. Kita udah pernah ngelewatin kok, cuman belum pernah liat dalemnya.” Saya menjawab sambil mengingatkannya bahwa kami sudah beberapa kali melewati area candi Prambanan saat akan pergi ke Solo atau waktu jajan di Wedang Kopi Prambanan. Dia manggut-manggut meski beberapa kali masih bilang Borobudur hahaha. Ya ya… namanya juga anak-anak.

Yes, meski relatif dekat dari rumah, saya memang belum pernah ngajakin anak-anak ke Prambanan. Alasan utama adalah males pepanasan hahaha. Maapkan pemirsah. Alasannya receh banget yak. Tapi asli euy, Jogja kan panasnya pol banget gitu. Jadi ke sana tuh kudu pagi-pagi bener atau sorean kayak pas ke Borobudur tempo hari.

Berbeda dengan Kevin, Rafael udah pernah beberapa kali mengunjungi Prambanan. Karena itu, dia sih nggak terlalu kepo dan excited gitu pas diajakin. Cuma daripada nganggur dan manyun akhirnya dia OK aja. Itung-itung ngisi libur kenaikan kelas, akhirnya kami menuntaskan janji ke candi Hindu terbesar di Indonesia itu.

Eh Mommies tahu nggak, Prambanan juga merupakan candi Hindu terindah loh se-Asia Tenggara. Nggak heran jutaan orang mengunjungi candi ini dalam setahun. Apalagi pas high season gitu. Selain turis manca, rombongan study tour dari sekolah-sekolah biasanya menjadi pemandangan umum di areal candi yang menjulang tinggi ini. Memang sih, arsitektur luar biasa dari candi ini susah dicari saingannya. Saya aja yang udah bolak balik ke sini masih suka berdecak kagum sama gimana caranya para leluhur jaman baheula membangun candi seindah ini tanpa teknologi yang canggih. Fuiiih..!

Sekilas tentang Candi Prambanan

Sebenarnya, pergi ke Prambanan kali ini disponsorin sama kegabutan anak-anak mengisi liburan kenaikan kelas kemarin. Meski sempet jalan-jalan ke Museum Kereta Api Ambarawa dan Cimory on the Valley, nyatanya masih aja banyak waktu kosong selama liburan. Jadilah mereka berdua bingung mau ngapain. Ke GL Zoo alias bonbin Gembira Loka udah, sekarang saatnya hunting spot foto lain, gitu oceh si kakak. Dan yah begitulah, kami dengan mendadak memutuskan kalau besok pagi mau ke Prambanan.

Berangkat sekitar pukul 8 pagi, mobil kami membelah jalan raya Jogja-Solo yang super rame. Tadinya kami pengin berangkat lebih awal biar enggak kepanasan. Tapi apalah daya, yang namanya keluarga rempong tuh nggak asik kalo nggak molor dari jadwal. Dan sesampainya di sana, ternyata parkiran mobil udah penuh sodara-sodarah!! Setelah puputeran beberapa kali, akhirnya kami nemu juga tempat kosong meski agak jauh dari gerbang masuk. OK, fine! No problemo.

Berhubung Kevin masih belum ngerti kalau dijelasin soal sejarah candi Prambanan, saya pun enggak membekali terlalu banyak info soal candi ini sama dia. Saya hanya merefresh sedikit ingatan si kakak soal candi Hindu nan megah ini.

Berlokasi di perbatasan Jogja-Jateng, Prambanan memiliki keunikan tersendiri. Yakni pintu masuknya ada di Kecamatan Prambanan, Klaten sedangkan candi utamanya berdiri di atas tanah yang ada di wilayah Kecamatan Prambanan, Sleman, Jogjakarta. Candi yang masuk dalam daftar Situs Warisan Dunia versi UNESCO ini memiliki bentuk yang ramping ke atas dengan ketinggian maksimal 47 meter hingga pucak. Berbeda dengan Borobudur yang melebar ke samping ya. Menurut info yang saya baca di Wikipedia, Prambanan mulai dibangun sekitar tahun 850 masehi oleh Rakai Pikatan dan diteruskan hingga masa pemerintahan Balitung Maha Simbu pada masa kerajaan Medang Mataram.

Pintu masuk candi ini sebenernya ada 4, sesuai penjuru angin. Tapi karena candi utamanya menghadap ke timur, maka gerbang masuk utamanya terletak di sisi timur. Ada ratusan candi di kompleks Prambanan di antaranya adalah Candi Trimurti (Siwa, Wisnu dan Brahma), Candi Wahana (Nandi, Garuda, dan Angsa), Candi Apit, Candi Kelir, Candi Patok, Candi Perwara. Aslinya, ada 240 candi besar dan kecil di kompleks Prambanan. Tapi hanya tersisa 18 candi saja karena kondisinya yang telah rusak. Nggak heran, kalau di kompleks bangunan candi ini ada banyak banget tumpukan batu-batu yang berserakan di sana sini.

Selain 18 candi yang tersisa di kompleks bangunan utama, ternyata Prambanan ini dikelilingi oleh banyak candi Buddha. Seperti Candi Bubrah, Candi Lumbung, dan Candi Sewu. Nah, yang terakhir ini adalah candi yang konon katanya dibuat sama Bandung Bondowoso untuk Rorojonggrang dan harus jadi dalam semalam. Karena kurang satu biji, makanya proyek ini gagal. Sst, tahu nggak meski udah beberapa kali ke Prambanan, baru pada kunjungan kali ini loh saya ngeliat langsung kompleks candi Sewu ini hehe. Cantik loh ternyata, walau banyak yang sudah rusak di sana sini. Lebih ke timur kita bisa menemukan candi Plaosan, candi Banyunibo, Candi Barong, Candi Ijo, dan situs Ratu Baka yang terkenal itu.

Oya, candi Prambanan ini adalah salah satu candi Hindu terbesar di Asia Tenggara selain Angkor Wat di Kamboja. Mommies pernah ke sana? Saya belum wkwkwk…

Well, back to trip kami ke Prambanan, setelah berhasil parkir saya pun langsung ke tempat pembelian tiket. Enaknya jaman now gini hampir semua tempat wisata udah pada pake tiket dengan model di print out dan ber-barcode. Jadi nggak bakalan kecolongan ya. Untuk harga tiketnya sendiri ada beberapa jenis. Untuk pengunjung dewasa sebesar 40 ribu, sedangkan untuk anak-anak 20 ribu. Harga itu hanya untuk masuk kompleks Prambanan aja ya. Selain itu, ada juga tiket terusan yakni paket tour Prambanan-Ratu Boko yang dibanderol 75 ribu per orang dewasa dan 35 ribu untuk anak-anak (3-10 tahun).

Waktu kami ke sana kemarin, loket masih lumayan sepi. Mungkin kami masih kepagian datengnya ya. Padahal candi ini buka mulai jam 6 pagi loh. Na pas kami mau pulang sekitar jam 11 an gitu udah rame buangetts.
Hampir sama seperti Borobudur, jalan masuk menuju ke candi utama berada cukup jauh. Dan kami harus jalan kaki menyusuri jalan yang berdebu, dengan kondisi cuaca yang cukup berangin. Untungnya Kevin cukup bersahabat dan enggak pake drama rewel segala. Kalau rewel repot deh soalnya papinya enggak ikut. Kebayang kan kalo dia rewel trus minta gendong gitu. Mendingan saya balik kanan grak trus pulang hahaha…

 

Tips Mengunjungi Candi Prambanan Bersama Anak

Ngajak anak main ke lokasi wisata candi ini nggak selalu mudah loh Moms. Karena rata-rata kompleks candi itu lokasinya cukup jauh dari pintu masuk. Jadi kita mau nggak mau emang harus jalan kaki untuk bisa sampe di sana. Ya kalau anaknya masih bisa masuk stroller si hayuk aja. Nah kalau untuk anak-anak yang usianya nanggung agak rempong juga. Misalnya si usia 7-10 tahun gitu kan nggak muat lagi duduk di stroller ya. Sementara kalo suruh jalan juga suka ngomel hahaha. *pengalaman*

Waktu ke Borobudur kemarin saya masih sempet nyewa stroller buat Kevin. Tapi di Prambanan kebetulan nggak nemu deh tuh emak-emak yang nyewain stroller. Dan karena emang niatnya nggak akan menjelajah terlalu jauh, saya pun enjoy dan PD ngajakin si Kevin jalan kaki aja. Dalam hati nanti kalo dia capek ya berhenti.

Nah, buat Mommies yang kebetulan punya rencana mau ngajakin si kecil ke sini, beberapa tips berikut ini mungkin bisa dicoba.

Beri penjelasan singkat

Wisata ke candi nggak selamanya menyenangkan buat anak-anak, terutama saat mereka masih cukup kecil. Misalnya para balita gitu. Nah, biar mereka enggak rewel, saya biasanya suka sounding duluan beberapa hari sebelumnya. Saya kasih tahu kalau kami bakalan pergi ke tempat yang ada bangunan tingginya. Di sana kita bisa jalan-jalan, foto-foto trus jajan deh. Nah, bagian terakhir itu yang penting hehehe. Anak-anak biasanya langsung ok saat saya bilang boleh jajan. Tapi, saya juga kasih sedikit brief kalau di sana nanti Kevin harus jalan kaki, tapi pelan-pelan aja. Kalau capek boleh istirahat sambil ngemil.

 

Pakai alas kaki yang nyaman

Bagian ini penting banget supaya kaki nggak cepet lelah karena jalan keliling kompleks candi Prambanan ini beneran sebuah tantangan tersendiri. Kalau diukur mungkin bisa 5 kiloan kali jalannya. Atau mungkin lebih deh kalau kita naik-naik ke atas candinya juga. So, alas kaki yang nyaman dan nggak licin is a must. Untuk anak-anak sebaiknya pakaikan sepatu tertutup alih-alih sepatu sendal. Soalnya di areal candi ini tanahnya cukup berpasir dan berdebu, rawan masuk ke sendal dan bikin kaki kotor. Hal ini pastinya bikin anak enggak nyaman dan akhirnya rewel.

 

Bawa pelindung badan

Kompleks Candi Prambanan, seperti halnya di candi-candi lainnya, rata-rata cukup panas. Sebaiknya bawa payung, topi atau kacamata hitam untuk melindungi diri ya. Nggak usah pakai jaket tebal juga sih, cukup pakai baju yang tipis dan menyerap keringat.

 

Siapkan minum yang cukup

Jalan dari pintu masuk plus keliling areal candi ini selain bikin capek juga bakalan bikin kita keringetan. Kalo nggak minum cukup air, bisa-bisa dehidrasi ya. So, jangan lupa bawa air minum dari rumah. Meski di sini ada juga sih tukang jualan air minum kemasan gitu, tapi lebih nyaman kalo dari rumah udah persiapan. Apalagi kalo ada anak kecil ya. Jangan sampe pas mau minum eh pas nggak ngelewatin mamang jualan deh.

 

Ajak si kecil ke toilet

Yang satu ini juga enggak kalah penting. Di Prambanan ada banyak toilet umum yang cukup bersih. Sayang, di dalam areal candi hanya tersedia di dekat pintu masuk. Padahal jalan dari depan, naik-naik ke candi trus turun lagi dan balik ke pintu utama itu jauh, Fernando! Jadi biar aman, sebaiknya ajak anak untuk pipis dulu sebelum start jalan ya Moms. Nggak boleh loh pipis sembarangan.

 

Sewa mobil buggy untuk keliling

Biar nggak kecapekan banget, Mommies bisa ngajakin anak-anak untuk naik kereta atau mobil buggy yang tersedia di pintu keluar. Mobil ini nantinya akan membawa kita keliling ke tiga candi yang ada di sekitaran Prambanan. Yakni candi Bubrah, candi Lumbung dan candi Sewu. Harga tiket untuk kereta yang dinaiki rame-rame adalah 10 ribu rupiah dan harus nunggu cukup lama. Sedangkan mobil buggy 20 ribu dan biasanya lebih cepet atau bahkan ready to serve. Kalo naik mobil ini, kita bakalan diajak berhenti di Candi Sewu dan dikasih waktu untuk foto-foto sekitar 10 menit sebelum akhirnya diajak muter lagi sampe ke pintu keluar.

Gimana Moms, asik kan jalan-jalan ke Prambanan? Kayaknya kalau semua tips di atas udah dilakuin, jalan-jalan bareng anak bakalan makin seru ya. Palagi kalau kita bisa ambil banyak foto. Nanti pas udah gede bisa jadi koleksi yang sangat berharga loh. Selain bikin anak hepi, eduwisata seperti ini pastinya juga bisa menambah wawasan anak. Jangan lupa beritahu anak betapa kayanya Indonesia akan tempat-tempat bersejarah yang luar biasa seperti ini. Nggak hanya Prambanan dan Borobudur loh, masih buanyak lagi destinasi wisata keren yang bisa dikunjungi. Ah, gimana nggak makin cinta ama negeri ini ya Moms?