Betykristianto.com I Kista Ganglion – Annyeong, chingudeul! Lama sekali sejak tulisan terakhir published di blog ini ya. Well, jujurly menjelang akhir tahun kemarin aku lagi banyak ambil waktu untuk diri sendiri sih. Selain emang karena beberapa hal yang harus aku selesaikan, aku juga harus handle with my health issue. Sedikit banyak, hal itu juga bikin aku harus banyak ngurangin aktivitas nulis (baik ngetik maupun nulis tangan).
Jadi ceritanya November 2024 lalu, akutuh baru abis operasi pengangkatan benjolan di pergelangan tangan kanan, Gaes. Alasan kenapa aku akhirnya mau dioperasi ya karena benjolan itu udah nongkrong di tangan sekitar setaun lebih. Tepatnya sejak aku pulang dari Singapore tempo hari. Berhubung awalnya nggak sakit, aku pun tahan-tahan sampai akhirnya nggak ketahan lagi dan barulah pergi ke dokter. Nggak pake lama, begitu dokter lihat benjolannya, beliau langsung bilang kalau 99% kasus seperti aku biasanya harus dilakukan tindakan (operasi).
Huaaa! Boong kalau nggak takut sih. Meski udah tahu juga ujung-ujungnya kalau ke dokter pasti diultimatum untuk operasi, tak urung aku tetep down juga pas dokternya bilang gitu. Tapi ya mo gimana lagi, daripada nyimpen penyakit akhirnya mau nggak mau aku manut juga saran dokter untuk dirujuk ke dokter bedah.
Nah, ini ceritaku tentang penyakit yang kemarin aku alami ya Ges. Mungkin kalian ada yang lagi ngalamin kayak aku kemarin, atau sodara dan temen-temen kalian ada yang punya cerita sama, semoga tulisanku ini bisa jadi pembuka informasi yang bermanfaat. So, cekidot!
Table of Contents
Apa Itu Kista Ganglion
Berdasarkan hasil gugling, kista ganglion adalah benjolan berisi cairan yang berkembang di dekat sendi atau tendon. Cairan ini berasal dari cairan sinovial, yaitu cairan yang pada kondisi normal mengelilingi sendi dan tendon, dan berfungsi untuk melumasi dan merekatkan keduanya selama kita bergerak. Nah, kista ganglion ini bisa tumbuh dari sendi atau lapisan tendon dan (untungnya) bersifat jinak.
Kista ini paling sering terjadi di area tangan, tetapi juga dapat berkembang di bahu, siku, pinggul, lutut, dan kaki. Umumnya berbentuk bulat atau oval dan ukurannya bervariasi mulai dari sebesar kacang, lebih besar dari anggur, hingga sebesar bola golf. Kista dapat membesar ketika beraktivitas. Dalam kasusku kemarin, benjolan ini tumbuh di pergelangan tangan kanan bagian dalam sebesar kelereng. Dan dari jauh bakalan langsung ke-notice sama orang. So, emang agak sedikit mengganggu secara estetik sih.
Meski begitu, sejak awal muncul sampai setahun kemudian, si kista ini sama sekali nggak sakit bahkan saat dipencet sekalipun. Cuma, lama-lama aku mulai ngerasain nyeri di sekitar pergelangan tangan. Terutama pas melakukan gerakan memukul atau memutar. Selain itu, buku-buku jari juga sering terasa nyeri. Disusul 3 bulan terakhir sebelum operasi, tangan kanan sering kebas parah sampai ke area bawah siku. Paling terasa pas dipakai buat nyapu dan nguleg bumbu atau sambel gitu. Kadang, kalau sudah nyeri parah, bisa sampai ke dekat bahu dan itu beneran sakit. Kadang kalau pas capek banget, bikin aku bad mood, bahkan sampai nangis.
Penyebab dan Gejala Kista Ganglion
Menurut referensi yang aku baca, sampai saat ini belum diketahui secara pasti apa penyebab kista ini muncul. Tapi, ada beberapa teori yang bilang katanya kista ganglion ini (mungkin) disebabkan karena terjadi luka pada sendi, sehingga mengakibatkan kebocoran sendi atau jaringan.
Kalau dokter bedahku kemarin bilang, bisa jadi karena overused pergelangan tangan karena aktivitas berlebih, sehingga saluran sendiku bocor dan cairannya keluar membentuk benjolan seperti jeli. Jadi, udah mah luka dan bocor, aku tetep pake untuk beraktivitas, jadilah benjolannya makin eksis. Gicuhh.
Mengenai aktivitas seperti apa yang bisa melukai sendi atau tendon, aku sendiri juga kurang tahu. Kalau dalam kasusku, aktivitas harianku ‘cuma’ kerjaan domestik (yang nggak ada brentinya itu), nyetir, dan nulis. Sebenernya nggak bisa dibilang berat juga, sih, menurutku. Apalagi masih ada banyak orang yang kerjaannya jauh lebih berat dan menguras tenaga ketimbang aku. Tapi mungkiinnnn ya (ini mah cuma mungkin), kembali lagi ke kondisi masing-masing orang. Karena daya tahan seseorang itu sangat variatif. Kadang ada yang baru nyapu ngepel doang udah berasa mau pengsang. Ada yang seharian di sawah, masih nyuci, ngepel, nyetrika, lagi sampai malem… tangannya baek-baek aja. Nggak benjol apalagi berdarah-darah.
So, kalau ditanya lagi apa sih penyebab timbulnya kista ganglion? Jawabannya masih misterius. Masih diteliti lebih lanjut. Dan sayangnya, sebelum si kista ini menonjol, sama sekali nggak ada gejala yang dirasakan, Gaes. Kalau pegel-pegel mah udah biasa setiap abis aktivitas kan emang suka pegel ya. Tapi nggak ada nyeri, kebas, atau apapun yang bakalan jadi petunjuk kalau kista ini udah mendekam di dalam sana.
Aku tanya dokter juga emang katanya nggak ada gejala awal sebelum benjolan muncul. Jadi beneran clueless emang. Kita nggak bakalan tahu sejak dini sebelum kejadian. Jadi susah untuk melakukan tindakan preventif. Apalagi seperti yang aku bilang di awal, daya tahan tubuh seseorang itu sangat variatif. Kita kadang nggak menyadari kalau tubuh kita udah protes dan minta rehat, terlebih buat emak-emak gabut yang kerjaannya diem bae di rumah itu, sangat syulit mendeteksi dan mengakui bahwa kita ini sebenernya capek. Hihihi jadi curcol.
Diagnosis Kista Ganglion
Untuk menentukan diagnosis, tentunya dokter akan melakukan sesi konsultasi untuk mengetahui riwayat kesehatan pasien. Setelah itu, dokter juga melakukan pemeriksaan fisik terutama di area benjolan. Pada kasusku kemarin, pertama kali lihat dokter bedahku langsung bilang, “Wah ini harus dioperasi Bu. Nggak bisa nggak. Soalnya lokasinya nggak menguntungkan, dan saya takutnya dia nempel di jaringan saraf. Karena Ibu juga mengeluhkan nyeri, kebas, dan rasa tidak nyaman di sepanjang lengan hingga ke bahu. Biasanya itu karena sarafnya udah terdampak.”
Oke fix, nggak bisa nggak lagi kan ya? Sebetulnya ada beberapa tindakan yang bisa dilakukan untuk menegakkan diagnosis sebelum dokter memutuskan metode tindakan yang paling tepat. Di antaranya adalah:
- Pemeriksaan USG (Ultra Sono Grafi) untuk melihat apakah benjolan tersebut berisi cairan atau jaringan lain yang lebih solid.
- Biopsi jarum, yaitu pengambilan sample cairan kista dan memeriksanya di laboratorium.
- Pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging (MRI) untuk melihat apakah benjolan itu beneran kista atau penyakit lain yang lebih berat, seperti miom atau tumor.
Dalam kasus aku kemarin, dokter hanya melakukan USG benjolan untuk mengetahui posisi akurat, ukuran kista, serta mengetahui seberapa dekat benjolan kista dari saluran saraf.
Penanganan Kista Ganglion
Secara medis, kista ganglion ini termasuk kasus yang tidak berbahaya, terlebih jika tidak menimbulkan efek samping seperti nyeri dan kebas. Untuk penanganannya, dokter juga nggak ujug-ujug nyuruh operasi kok. Tergantung lokasi benjolan, kondisi saraf, dan pertimbangan lain yang dokter ambil.
Secara umum, beberapa tindakan berikut bisa diambil untuk menangani kista ganglion di tangan.
Imobilisasi
Umumnya, kista ganglion ini akan memburuk seiring aktivitas atau gerakan yang kita lakukan. Untuk itu, dokter bisa saja memberikan saran untuk memakai bebat atau alat medis lainnya untuk mengurangi gerakan. Namun, metode ini juga bisa menimbulkan risiko terjadinya lemah otot jika digunakan dalam jangka waktu yang lama. Karena itu, biasanya dokter akan memberikan terapi ini dalam jangka waktu tertentu, selain juga melihat lokasi timbulnya benjolan dan seberapa parah kondisinya.
Aspirasi
Yaitu metode penyedotan cairan dari dalam kista menggunakan jarum. Namun metode ini tidak serta merta menghilangkan kista secara permanen.
Tindakan operasi
Jika prosedur dan metode pengobatan lain tidak efektif menangani kista ganglion, atau kondisi pasien yang memang harus segera dilakukan tindakan operasi, maka metode ini merupakan satu-satunya cara untuk menghilangkan kista ini.
Dalam kasusku kemarin, menurut penjelasan dokter yang aku terima, letak benjolan kista di tanganku itu deket banget sama saluran saraf utama tungkai atas bagian kanan, which is itu ngontrol jaringan saraf dan pergerakan lengan kanan. Letaknya berada sejalur dengan ibu jari yang mengarah ke pergelangan tangan. Dalam kasus seperti ini, beliau bilang 99% pasiennya harus dioperasi. Karena nggak mungkin dilakukan metode pengobatan lain.
Berdasarkan hasil USG, kata dokter benjolan di tangan kananku kemarin kira-kira sebesar kelereng, dan letaknya beberapa mm saja dari saraf radialis. Benjolan ini menekan saluran saraf dan itulah yang membuat rasa nyeri dan kebas di tangan kananku selama ini. Jadi ya mau nggak mah benjolan ini harus segera diangkat.
Proses Tindakan Operasi Pengangkatan Kista Ganglion
Melihat kondisi dan mempertimbangkan efek serius pada saluran sarafku, nggak pake lama dokter bedahku langsung menyuruhku menjalani tindakan bedah. Untungnya, semua prosesnya ditanggung sama BPJS. Jadi sejak awal aku konsul ke faskes pertama sampai tindakan operasi ini cukup cepat. Sekitar dua minggu saja.
Setelah mendapatkan surat rujukan dari Faskes I, aku membuat janji temu dengan dokter saraf di RS Siloam Yogyakarta, yang kemudian merujuk lebih lanjut ke dokter bedah umum. Nantinya, dokter bedah umum yang akan menentukan apakah beliau yang akan melakukan tindakan operasi, ataukah harus dirujuk lagi ke dokter bedah saraf. Nah aku kemarin ternyata nggak harus ke dokter bedah saraf karena dr. Leo (yaitu dokter bedah umum) bisa melakukan tindakan bedah ini.
Setelah mencocokkan jadwal, aku dirujuk ke bagian radiologi untuk melakukan USG yang hasilnya akan dijadikan panduan untuk dr. Leo melakukan tindakan bedah. Habis USG, aku juga harus menjalani serangkaian tes fisik, termasuk cek darah, EKG, dan lain-lain yang aku juga nggak apal.
Lanjut lagi aku harus juga konsul dengan dokter anestesi dan beliau bilang aku harus dibius total. Hal ini karena lokasi pembedahan sangat dekat dengan saluran saraf dan ditakutkan aku bisa tiba-tiba-tiba nervous yang bisa bikin proses operasi ambyar dan merepotkan semuanya hehehehe. Oke deh aku mah manut aja. Ngeri juga sih tiba-tiba pas lagi dioperasi gitu tensi naek dan jadi komplikasi atau apa gitu ya. Ih amit- amit dah, jangan sampai.
Tapi plis dicatat ya Ges, mungkin ada juga pasien lain yang berbeda kasusnya, nggak harus dibius total saat pembedahan kista ganglion ini. Semua keputusan ada di tangan dokter ahli. Misalnya, jika letak kista ada di punggung tangan yang nggak terlalu dekat sama saluran saraf. Tapi aku nggak tahu juga pastinya.
Persiapan Menjelang Operasi
Operasiku dijadwalkan pada tanggal 11 November 2024 pukul 11.00. Aku masuk sehari sebelumnya, yaitu Minggu, 10 November 2024 dan langsung dilayani sama petugas jaga yang cukup helpful. Nggak sampai satu jam berikutnya, aku udah masuk di kamar rawat inap yang disediakan untuk 2 orang. Namun, malam itu kebetulan ranjang pasien di sebelahku kosong. Jadilah aku kayak nginap di ruangan VIP.
Tindakan pertama setelah aku di ruangan adalah pemasangan jarum infus. Di sinilah drama pertama dimulai: susah banget nyari pembuluh darah yang pas untuk dipasangin jarum infus. Segala cara sudah ditempuh tapi setelah 10 menit sang suster nggak kunjung nemuin titik yang dimaksud. Akhirnya sambil say sorry berulang kali, dia minta izin untuk menusuk satu titik yang sebenarnya dia juga nggak yakin banget bakalan pas.
Bener juga dong, nggak sampe 10 detik setelah jarum dipasang, punggung tangan kiriku langsung membengkak parah dan nyeri banget. Akhirnya terpaksa dilepas lagi jarumnya dan ditunggu beberapa saat baru dicari lagi pembuluh darah yang lain. Beruntung, akhirnya dapet juga di titik yang lain, meskipun lokasinya nggak terlalu nyaman. Yawdahlah daripada nggak bisa masuk jarum kan ya. Terima nasib aja hahahah.
And you know what? Memar kebiruan bekas jarum infus ini nggak ilang juga bahkan setelah lewat seminggu setelahnya. Huhuhuhu..
Ok, next! Seperti layaknya pasien yang akan menjalani pembiusan total, aku juga harus melakukan puasa. Jadi setelah makan malam terakhir hari Minggu itu, aku puasa penuh sampai besok siang setelah operasi selesai. Untuk acara mandi, disediakan cairan pembasuh badan antiseptik khusus dan setelahnya aku juga diwajibkan untuk mengenakan piyama operasi yang ada tali di belakangnya.
Malamnya, dr. Leo visit sambil mengecek kondisiku. Di sini, beliau menandai lokasi kista di tanganku untuk memudahkan tindakan besok siang.
Ternyata, jadwal operasiku harus mundur sedikit dikarenakan ruang operasinya masih dipakai oleh dokter lain. Dan akhirnya sekitar jam 11 lebih dikit, suster menjemputku ke ruangan untuk mengantarkanku menuju ke ruang operasi. Kali itu, aku nggak boleh jalan, jadi harus naik kursi roda. Dengan diikuti suami, aku pun menuju ke ruang operasi melewati selasar rumah sakit yang sepi dan dingin.
Ini adalah penampakanku sebelum dan sesusah operasi. Dari yang masih bisa gaya, sampai tepar nggak sadar.
Karena nggak boleh masuk, suamiku menunggu di depan pintu khusus dan aku dibawa masuk oleh suster yang segera melakukan tugasnya. Yaitu memasangkan penutup kepala, alat pengukur tensi di lengan kiriku, dan beberapa alat medis lain. Aku mencoba menenangkan diri sambil menghirup nafas teratur sambil melirik ke arah jam dinding.
Pukul 11.15. Aku melihat dr. Leo memasuki ruangan sambil mengangguk ke arahku. Nggak lama, dua orang suster mendorong ranjangku menuju ke ruang operasi yang lebih dalam, tempat tindakan bedah akan dilakukan. Di sana sudah ada beberapa orang petugas lain yang sedang mengobrol santai sambil memutar musik dangdut. Awalnya, aku mau tanya boleh nggak lagunya diganti dan ke mana dr. Leo. Tapi beberapa detik sebelum aku bersuara, seorang suster menempelkan sesuatu yang terasa dingin di ujung kaki kananku. Setelah itu seorang petugas lain meletakkan alat di ujung jariku, dan dalam hitungan detik berikutnya, aku nggak ingat apa-apa lagi hahaha.
Bangun-bangun, aku udah ada di ruang pemulihan, tempat yang sama dengan yang aku masuki pertama kali setelah berpisah dari suamiku. Aku melirik ke arah jam dinding, rupanya sudah jam setengah 2 dong. Artinya, hampir 2 jam aku tertidur pulas dalam pengaruh obat bius. Kugelengkan kepala ke kanan kiri, sebelum akhirnya sebuah suara menyapaku, “Ibu, udah bangun?”
Aku mengangguk sambil tersenyum tipis. Tubuhku terasa lemas dan tangan kananku agak nyeri. Kucoba mengangkatnya, ternyata tangan kananku sudah tertutup balutan kain tebal sampai-sampai aku nggak bisa menekuk pergelangan tangan. Beberapa menit kemudian, dua orang suster mendorongku keluar dari ruangan dan mengantarkanku menuju ke ruang rawat inap lagi. Pas di depan pintu utama, suamiku menyapa sambil tersenyum dan mengusap kepalaku. Dia bilang, lama juga aku bangunnya.
Sekitar satu jam setelah siuman, aku belajar duduk dan berikutnya mulai turun ranjang untuk pipis. Hampir pukul setengah 4, aku dikasih makan berupa nasi lembek dan lauk pauk khas rumah sakit yang nggak pake digoreng-goreng. Meski rasanya nggak terlalu nikmat, tetap saja kumakan habis. Lha wong lapar jeee… pokoknya hajar bleh sampe kenyang.
Belum kelar aku makan, seorang suster datang mengecek kondisiku dan kaget melihat aku udah makan sendiri pake tangan kiri dan lebih kaget lagi pas dibilang aku udah turun pipis ke kamar mandi. “Ibu strong banget ya?” Wkwkwk… emak-emak lu lawan. Apalah arti sayatan di pergelangan tangan ketimbang sayatan 5 lapis di rahim (yang bahkan kualami 2 kali itu). Apalagi tingkat kelaparan mengalahkan segalanya.
Perawatan Pascaoperasi
Kupikir, sore itu aku boleh pulang. Ternyata suster bilang belum bisa karena besok pagi dr. Leo harus memeriksa hasil operasinya dulu. Kalau beliau bilang boleh pulang, aman. Woke.. jadi malam itu sampai besok paginya, aku dikasih beberapa injeksi obat dan juga antibiotik.
Pagi sekitar jam 7 pas aku lagi nyarap, dokterku datang dan memeriksa ujung-ujung jariku yang membengkak. Setelah mengajukan beberapa pertanyaan dan menunjukkan rekaman video pembedahan kistaku, beliau bilang puji Tuhan cairan kistaku itu murni cairan sendi yang bocor, nggak ada jaringan hidup, jadi nggak ada potensi berkembang atau menjalar ke tempat lain. Terlebih lagi, bukan termasuk keluarga miom, tumor, apalagi kanker. Puji Tuhan banget pokoknya.
Secara singkat dari penjelasan dr. Leo, kira-kira tindakan yang dilakukan kemarin adalah memotong saluran cairan sendi yang bocor lalu mengikatnya supaya tidak terjadi kebocoran lagi. Selain itu, karena kantong kista ganglionku itu menempel tepat di saluran saraf, maka beliau nggak bisa membuangnya karena hal itu cukup berbahaya karena justru bisa merusak saluran saraf di tungkai atas kananku. So, kantong itu terpaksa dibiarkan tetap di sana, dan hanya dibersihkan saja.
Jadi, karena kantongnya masih ada, maka secara medis, masih ada 20% kemungkinan kista itu bisa kembali lagi. Tapi, dokter menenangkanku dengan mengatakan bahwa kasus ini sangat jarang terjadi. Kalaupun muncul benjolan lagi, waktunya juga sangat lama, bisa 5-10 tahun ke depan, dengan catatan jika terjadi cidera lagi. Karena itu, dr. Leo wanti-wanti jangan sampai aku memforsir diriku sendiri lagi.
Dokter juga bilang jika nggak ada keluhan lain, aku boleh pulang siang itu, dan kontrol seminggu lagi. Berhubung suami udah kerja lagi (dia ada meeting penting) dan bapak juga udah terlalu sepuh untuk mengurus keperluan admin RS, aku urus semuanya sendiri dengan izin dari suster penjaga ruangan. Dengan tangan terbalut dan rasa nyeri yang masih lumayan, aku naik turun lantai rumah sakit untuk mengurus semua keperluan dan berkas-berkas yang dibutuhkan. Setelah itu aku kembali ke kamar, mengambil 2 tas berisi baju dan beberapa barang lain, lalu bergerak ke bawah lagi menyambut bapak yang menjemputku di lobi.
Karena nyeri dan jari-jariku masih bengkak, praktis aku nggak bisa melakukan apa-apa pakai tangan kananku. Untungnya, ada tetangga rasa saudara yang bisa aku mintain tolong membantu beberes rumah dan menyiapkan makanan untuk keluarga. Sungguh, aku bersyukur banget punya orang-orang baik di sekitarku.
Seminggu setelah operasi, aku kontrol dan dokter menyatakan luka bekas operasinya sangat baik, dan kain pembebatnya bisa dilepas. Setelah lukaku dibersihkan, lalu ditutup dengan plester anti air hinggu seminggu ke depan lagi masih belum boleh basah. Dr. Leo bilang kalau nggak ada keluhan nyeri yang nggak tertahankan, aku nggak perlu kontrol lagi. Selain itu, dokter juga menyarankan aku untuk memakai alat pembebat khusus untuk melindungi luka bekas operasi, sekaligus untuk mendukung gerakan-gerakan di pergelangan tangan kananku selama kurleb 3 bulan ke depan.
Untuk sementara, aku juga nggak dibolehin melakukan gerakan-gerakan memutar pergelangan, menyapu, menguleg, memukul, dan beberapa gerakan lain yang kira-kira menimbulkan rasa nyeri. Tiga minggu pascaoperasi, aku sama sekali nggak bisa pakai tangan kanan. Bahkan untuk mengetik juga masih sangat nyeri. Tidur pun aku harus sangat hati-hati agar jangan sampai pergelangan tangan kananku tertekuk.
Lepas dari 3 minggu, aku mulai bisa memegang sendok meskipun masih kaku. Selain itu, juga mulai melatih tangan kiri untuk nyetir. Pelan tapi pasti, luka dan nyeri bekas operai mulai pulih lagi. Sudah lebih dari 4 bulan berlalu saat aku membuat tulisan ini. Selama itu, nyeri di tangan masih suka datang pergi. Terutama 1-2 bulan pertama. Sekarang, di area ibu jari hingga ke pergelangan bagian dalam juga masih agak kebas rasanya, terkadang ada nyeri tipis saat aku kecapekan. Jadi ya emang bener kata dokter nggak boleh ngoyo. Tapi minimal, aku sudah bisa melakukan jauh lebih banyak hal dengan tangan kanan.
So, buat temen-temen semua, terutama emak-emak aktif yang nggak pernah keabisan job, inget ya jangan paksa diri untuk ngelakuin ini itu dengan melupakan rasa lelah. Kalau kecapekan, ujung-ujungnya juga bisa bikin penyakit. Ini juga aku nulis sampai berkali-kali, sambung-menyambung. Karena apa? Ya karena tangan kanan masih suka nyeri dan nggak nyaman pas dipake ngetik. Apalagi kalau nulis tangan hehehe.
Well, sekian ceritaku tentang Kista Ganglion yah, semoga bermanfaat buat kalian. Sehat selalu, Bestie!