betykristianto.com I Cara Dapetin Cuan dari Nulis – Tahun 2012 lalu, saya membuat salah satu keputusan paling besar dalam hidup, yakni resign dari kantor yang sudah hampir 10 tahun menjadi bagian dari diri saya. Ada banyak pertimbangan yang membuat saya harus bergumul dalam doa dan pemikiran matang yang panjang sebelum membulatkan tekad keluar dari gedung bertumpuk tinggi yang penuh kenangan itu. Awalnya, saya punya planning untuk mencari kerja di tempat lain. Tapi pada akhirnya saya memutuskan untuk tidak melakukannya. Sebagai gantinya, saya justru hiatus dari dunia kerja formal, dan fokus mengurus keluarga. Sesekali, saya menulis, berjualan online hingga ikutan MLM supaya tetap terhubung dengan dunia luar.
Selepas dari hiatus dan karena faktor bosan sama dunia online shop, saya mulai tertarik ngeblog. Emang, sejak kecil saya ini hobi nulis dan baca. Pas masih SD, saya udah biasa nulis puisi menye-menye dan nyanyi lagu patah hati versinya Dian Pisesha atau Nia Daniati hahaha. Jadi saya pikir, saya ini punya sense of art yang cukup tinggi. Karena itulah, untuk memuaskan dahaga pribadi, saya menuangkan isi kepala ini dengan menulis.
Sejujurnya, sejak masih kerja saya udah mulai suka corat-coret virtual. Pas lagi jamannya FB ngeboom (sekitar tahun 2008-2009), saya udah nulis di fitur “notes” yang ada di sana. Kebetulan ada beberapa temen yang suka mampir baca beberapa tulisan fiksi saya dan ninggalin komen. Saya juga sempet penasaran sama yang namanya “blog” tapi karena kesibukan ngantor dan nggak terhubung sama komunitas, jadilah semua itu cuma sekedar selingan saja.
Sampai akhirnya setelah beneran resign dan ful di rumah, saya memutuskan untuk menjelajah belantara dunia maya, mencari info gimana sih caranya bikin blog dan nulis di sana. Begitulah ceritanya saya bikin blog betysulistyorini.wordpress.com yang isinya banyakan tjurhatan emak galau. Sampai tahun 2017, blog itu menjadi tempat saya mencurahkan isi pikiran, tanpa berharap dapetin cuan. Lah emang kagak ngarti.
Setelah terbiasa ngeblog, saya mulai merambah dunia buku. Kali ini, nggak tanggung-tanggung, saya nulis buku solo pertama bertema parenting. Isinya lebih kurang seperti diary mamak galau yang mencari jalan untuk bahagia dengan kondisinya. Tak disangka, naskah buku tersebut diterima oleh sebuah penerbit mayor dan akhirnya terbit di penghujung tahun 2017.
Setelah menyelesaikan naskah buku tersebut, kecintaan saya untuk menulis semakin meluap. Saya melahap berbagai training menulis online, membaca banyak ebook, dan menjajal banyak tawaran untuk ‘magang’ hingga menulis di media online. Perlahan, rupiah demi rupiah mulai mengalir masuk ke rekening saya. Dan itu adalah salah satu alasan yang bikin saya makin hari makin semangat menulis.
Kalau dihitung-hitung, secara resmi saya baru masuk dunia kepenulisan ini sekitar 5 tahun terakhir. Ini di luar aktivitas ngeblog yang sudah saya lakukan sejak 2012 tapi yaaa… Jadi, tahun 2016 itu saya mulai serius nulis buku solo pertama yang kemudian diikuti oleh buku-buku antologi yang jumlahnya mencapai puluhan judul dan saya sendiri nggak hafal semua.
Mendapatkan recehan rupiah dari aktivitas menulis, akhirnya membawa saya makin nyandu sama kata-kata. Saya nggak bisa menghentikan keinginan menulis yang terus menggebu dalam diri saya, dan menyalurkan energi saya ke dalam dunia literasi. Sejak menerima rupiah pertama yang kemudian diikuti rupiah-rupiah berikutnya (beberapa di antaranya bahkan dolar), saya makin mantap mencemplungkan diri dalam dunia literasi dan berani menyebut diri saya sebagai seorang penulis dan blogger. Mau tahu dari mana aja sih, penghasilan saya dari modal nulis ini? Yuk, kita ngobrol lebih deket!
Table of Contents
Cara Dapetin Cuan dari Nulis
Menulis buku
Seorang penulis buku seperti saya, mendapatkan cuan dari minimal 2 hal, yakni royalti dan diskon penjualan. Kita bisa menerbitkan naskah buku ini pada dua penerbit, yaitu penerbit mayor (biasanya berskala nasional) dan penerbit mandiri (self publishing/indie).
Nggak masalah di mana kita menerbitkan buku-buku itu. Yang terpenting adalah kita harus mencari penerbit yang kredibel, terutama untuk urusan HAKI dan royalti. Buat saya, penerbit itu adalah salah satu faktor terpenting karena menyangkut cuan, cuan, dan cuan. Jangan sampai naskah yang udah kita bikin capek-capek, nggak diapresiasi dengan layak, dan bahkan berpotensi ditelantarkan begitu saja. Yang paling parah, kalau naskah kita dicopas atau dijualbelikan di black market.
Biasanya, penulis mendapatkan royalti sebesar 10-15 persen dari harga buku, dan dibayarkan setiap semester, atau sesuai perjanjian. Sedangkan untuk potongan harga, biasanya penulis berhak atas 20-30 persen dari harga jual, jika kita melakukan pembelian atas nama kita. Sampai sini, semoga kalian enggak bingung dari mana penulis dapetin cuan dari buku.
Editor
Hal kedua yang saya lakukan untuk dapet cuan di dunia menulis adalah dengan menjadi editor lepas. Artinya, saya nggak terikat sebagai editor tetap di satu penerbit saja, tapi saya menerima job dari penulis atau penerbit mana aja, yang mau bayar jasa saya sesuai rate. Asal tahu, untuk fee editing ini bervariasi ya Genks. Biasanya sih, mulai dari 3K/lembar, tergantung tingkat kesulitan. Kadang, ada juga editor yang mematok jasanya per kata.
Cowriter
Untuk job ini, imbal balik yang saya terima bervariasi. Ada yang kasih uang di depan, ada yang kasih pembagian royalti. Jadi tergantung perjanjian di awal seperti apa. Meski nggak segede kalau nulis sendiri, royalti atau fee yang saya dapetin dari kerjaan ini cukup lumayan.
Content Writer
Kerjaan ini mengharuskan saya menulis artikel atau tulisan untuk orang lain. Biasanya, saya mengerjakan untuk klien yang punya website tapi nggak sempet ngisi, atau media online yang butuh suntikan artikel untuk ditayangkan. Terkadang, ada juga pebisnis umkm yang sedang merintis online shop dan butuh artikel informatif seputar produk jualannya. Untuk fee per artikel bervariasi, tapi biasanya berkisar sekitar puluhan ribu rupiah.
Ghostwriter
Sebagian orang memasukkan content writer ke dalam kategori ghostwriter karena namanya tidak dipublish di media yang menayangkan karyanya. Tapi, kebanyakan orang menganggap ghostwriter lebih kepada penulis “anonim” yang mengerjakan proyek buku. Nah, untuk menulis buku atas nama orang lain ini fee-nya cukup gede dibanding kalau kita jadi content writer, which is emang jumlah tulisannya jauh lebih sedikit ya.
Untuk sekali mengambil project ghostwriter ini, tarifnya bisa sampai ratusan ribu per halaman atau per 300-350 kata. Ini udah termasuk biaya riset, pengumpulan data, interview (jika diperlukan), hingga editing dan finalisasi. Klien tahunya beres, dan naskah siap dicetak. Tapi untuk urusan cetak biasanya tidak dihandle sama ghostwriter ya.
Blogger
Buat kalian yang masih bertanya-tanya dari mana sih datengnya cuan buat para narablog atau blogger ini, sini tak kasih tahu. Jadi, kami ini dapetin duit dari banyak sumber, Gess! Pertama, dari content placement atau artikel yang didapatkan dari klien. Biasanya, artikel ini sudah siap tayang atau kalaupun harus diedit, hanya butuh minor editing.
Yang kedua, dari sponsored post alias blogger nulis artikel pesanan klien, sesuai petunjuk tertentu. Yang ketiga, dari event atau job yang mengharuskan blogger menghadiri event tertentu. Biasanya ada scope of work dari setiap job yang masuk. SOW inilah yang menentukan besar kecilnya fee yang blogger terima.
Yang terakhir, dari hasil menang lomba. Jadi dalam dunia perblogeran ini, selalu ada lomba penulisan dari banyak penyelenggara. Nah, umumnya setiap lomba ini ada hadiahnya, termasuk uang. Kalau menang, blogger berhak menerima rupiah yang cukup menggiurkan.
Translator
Selain menulis artikel, saya juga menerjemahkan tulisan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia dan sebaliknya. Meski ngga rutin, tapi bayaran dolar yang masuk ke rekening bikin hepi banget loh!
Kesimpulan
Memutuskan untuk bekerja dari rumah buat saya adalah keputusan yang nggak mudah, tapi setelah melalui perjalanan lumayan panjang, saat ini saya merasakan hikmahnya. Saya bisa mendampingi anak-anak di rumah, sembari tetap berkarya dan produktif secara finansial.
Intinya adalah jangan menyerah! Selalu ada peluang untuk berpenghasilan asalkan kita berusaha dan berdoa. So, buat kalian yang mungkin lagi berada di posisi saya dulu, keep going! Jalan di depan memang tak mudah, tapi kalau kita terus berjalan, suatu saat pasti sampai juga ke tujuan.
Ganbatte!