“Mamiii… ini tanganku kenapa ya?
Kok merah?” tanya Rafael kalem sambil nunjukin
ujung telunjuknya yang berlumur darah.

Whaaa… saya langsung melotot dan setengah panik mengambil tangan kanannya lalu berlari mencari kotak P3K. Setelah membersihkan luka dan mengobatinya, saya bertanya apa yang sebenarnya terjadi. Dengan santai dia bilang tadi lagi mainan silet yang ditemukan di meja kerja papinya. Duh.. saya cuma bisa geleng-geleng kepala.

Mungkin dia kira silet itu semacam benda lucu yang unik, jadilah dielusnya itu silet pakai ujung jarinya. Dan… babak akhirnya keren kan? *ngelus dada*

Kali lain, saya yang waktu itu masih kerja kantoran dikejutkan sama telepon dari si mbak yang terdengar panik di seberang sana. Dengan gugup, dia menceritakan Rafael jatuh (lagi) dari sepeda dan sikunya terluka cukup parah. Beruntung waktu itu kejadiannya menjelang jam pulang kerja, jadi saya bisa langsung cuss melarikan diri.

Jadi pemirsah, sesaat sebelum jatuh, Rafael sengaja menabrakkan sepedanya ke arah gundukan pasir di depan rumah tetangga yang sedang merenovasi rumah. Saya amazed banget dong pastinya, heran kenapa udah tahu pasir kok ditabrak. Dan, kalian tahu jawabannya?

“Aku tuh cuma pengen tahu, kalo nabrak pasir tuh gimana? Sepeda aku bisa melayang kayak di film apa ngga? Ternyata nggak bisa ya? Filmnya boong dong.”

Wekwew!! Dan saya pun nyengir sambil nahan kesal.

***

Lain Rafael, lain pula Kevin, adiknya. Sejak kecil, si bontot ini memang lebih suka bergerak ketimbang kakaknya. Main bola, lari ke sana kemari, naik turun tangga, atau lompat-lompatan di atas kasur adalah sebagian hobinya. Nggak di rumah, nggak di sekolah, Kevin selalu suka bergerak. Sampai sekarang pun, di usianya yang mau 5 tahun, kasur di kamarnya masih dihamparkan gitu aja di atas lantai. Sudah beberapa kali kami mau pasang tempat tidur tapi gagal karena dia protes nanti nggak bisa lompat-lompat lagi.

Well, nasib jadi emak dari 2 anak lelaki memang memberi saya pengalaman yang luar biasa menakjubkan. Rasanya hari-hari saya selalu ramai, heboh dan luar biasa. Adaaa aja kelakuan mereka yang membuat saya terkagum-kagum sambil manyun. Terkadang, saya suka mikir emang kalau anak lelaki mah gini kali ya, beda pasti sama anak perempuan yang lebih kalem.

Baca juga : When My Little Boy is Not So Little Anymore

Faktanya

Anak lelaki memiliki energi yang sangat besar

Sejak embrio, para lelaki memang ditakdirkan memiliki energi yang jauh lebih besar dibanding kaum hawa. Mereka seolah tak punya rasa lelah, terutama di masa golden ages yaitu usia 0-6 tahun pertamanya.

Kedua anak saya punya stok tenaga luar biasa. Nggak ada ceritanya tuh, tidur jam 8 atau 9 malam di usia balita. Paling cepat mereka akan merem pukul 10 malam, itupun kalau tidur siangnya puas. Si kakak bahkan bisa tidur menjelang tengah malam, saat mata saya tinggal 5 watt lagi.

Saking hafal sama perilaku mereka, kalau para lelaki kecil itu diam atau anteng, saya malah waswas. Soalnya udah sering banget kejadian, antengnya mereka itu karena lagi asik bereksperimen. Entah itu menghias tembok, naik ke atas meja atau teralis jendela, atau justru melukis sprei dengan lipstik andalan emaknya. Huhuhu…

Anak lelaki sangat tertarik pada gerakan 

Otak anak lelaki didesain untuk tertarik pada gerakan. Hal ini juga dipengaruhi oleh adanya beberapa hormon utama yang membangun sifat agresi, eksploratif, penjelajah dan petualang dalam dirinya. Hormon ini antara lain adalah testosteron, dopamin, vasopresin dan MIS (Mullerian Inhibiting Substances). Nggak heran, mereka akan sangat excited pada kegiatan yang melibatkan fisik dan motorik kasar seperti berlari, melompat, jungkir balik, atau “sekedar” menarik-narik mobil-mobilannya keliling rumah sepanjang hari.

Anak lelaki terobsesi dengan kompetisi

Sifat kompetitif pada anak lelaki adalah takdir yang diterimanya sejak dini. Bagi anak lelaki, menjadi yang pertama dan paling keren itu adalah sesuatu yang harus dicapainya. Oleh karena itu, anak lelaki akan banyak terlibat dalam permainan kasar, adu jotos, gontok-gontokan saat bermain bola, atau saling dorong saat mengantri di sekolah. Hal ini terutama terjadi saat usia balita.

Anak lelaki berpikir logis dan kritis

Berbeda dengan perempuan yang lebih mudah bersentuhan dengan sisi humanis dan emosional, anak lelaki lebih banyak berpikir logis dan kritis. Baginya, menyelesaikan masalah, mencari solusi dan memecahkan soal adalah perkara yang sangat penting. That’s why anak lelaki kebanyakan menyukai permainan yang menantang atau menguras otak, seperti lego misalnya.

Selain itu, anak lelaki juga cenderung memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar. Hukum sebab akibat sepertinya sangat menancap di otak meraka. Kalau aku begini, nanti gimana ya? Atau, kalau setrikaan itu bisa nggak ya buat mobil-mobilan? Gimana ya kalau aku naik ke teralis itu? Kira-kira bisa kayak George the monkey yang di tivi itu nggak ya?

Pernah nggak, Mommies menemukan mereka sedang membongkar mobil mainannya hanya untuk tahu ada apa di dalamnya? Abis itu nangis deh, saat nggak bisa mengembalikannya seperti semula.

Anak saya malah pernah mengoperasi laptop yang lagi “sakit” hanya untuk tahu gimana sih susunan kabel dan spare part yang ada di balik baut-baut kecil itu. Walhasil, sang laptop ogah idup lagi, takut kali bakalan dioperasi lagi wkwkwk…

Baca juga : Manfaat Bermain Lego untuk Balita

Ini yang Saya Pelajari

#aksiflashbunda thromboflash betykristianto

Memiliki anak yang berbeda jenis kelamin memang membutuhkan seni tersendiri dalam pengasuhannya. Perbedaan cara berpikir, sifat dasar, desain anatomis dan hormonal, serta banyak lagi, membawa konsekuensi besar yang harus disikapi dengan bijak.

Jika perempuan mampu berpikir dan mengerjakan beberapa hal bersamaan, para lelaki berkebalikan. Otak para pria didesain untuk berpikir secara bertahap. Mereka lebih tertarik pada hal-hal fisik dan motorik, sementara para wanita cenderung menyukai hal-hal yang humanis dan emosional.

Karena itu, sayapun banyak belajar pola pengasuhan anak lelaki. Saya mencoba memahami dunia mereka yang menakjubkan dan penuh petualangan. Berikut ini beberapa hal yang saya terapkan dalam mengasuh duo bujang di rumah:

1. Berbicara setahap demi setahap

 

Desain otak lelaki –menurut beberapa referensi yang saya baca — mirip seperti otak komputer di mana semua informasi disimpan rapi dalam “folder-folder” terpisah satu sama lain. Itu sebabnya mereka cenderung berpikir step by step. Berbeda dengan wanita yang multitasking karena desain otaknya yang memungkinkan setiap bagian otaknya terhubung satu sama lain saat berpikir.

Berdasarkan teori ini, saya mulai menerapkannya dalam mengasuh anak-anak. Saya berusaha berbicara setahap demi setahap, dan fokus pada satu topik saja. Setelah mereka paham inti pembicaraan itu, baru saya akan melanjutkan dengan topik lain. Hal ini jauh lebih efektif ketimbang saya nyerocos bermenit-menit tentang banyak hal, dan akhirnya hanya berujung pada pertengkaran atau missed communication.

2. Lebih banyak melibatkan mereka dalam kegiatan sehari-hari

 

Meski sering terlihat cuek, anak lelaku sangat senang jika dilibatkan dalam kegiatan sehari-hari. Mereka senang dianggap mampu dan dipercaya. Saya memanfaatkannya untuk mengajari anak-anak melakukan beberapa kegiatan domestik seperti membereskan mainan, merapikan kamar, atau membantu saat saya memasak di dapur. Memang sih, kebanyakan hanya sekadar mengambilkan barang kecil atau menuangkan air ke dalam gelas di meja makan, tapi hal ini membantu meningkatkan rasa percaya diri dan dihargai dalam diri anak.

3. Memberi mereka waktu untuk berpetualang

 

Para pria kecil terlahir dengan DNA petualang. Nggak heran kalau mereka akan sangat tertarik pada hal-hal yang belum pernah dicoba atau baru dikenalnya. Otak dan mata anak lelaki didesain untuk “berburu dan menaklukkan” dunia, mereka ditakdirkan menjadi pemimpin dan pemenang. Oleh karenanya, memberi mereka waktu dan ruang untuk berpetualang sejak dini adalah hal yang sangat disarankan oleh banyak ahli tumbuh kembang anak.

Dengan berpetualang dan menjelajah dunia, anak lelaki berlatih menjadi pria dewasa yang kelak harus menjadi kepala keluarga, pengambil keputusan dan pemimpin di dunia kerja. Perkara kamar yang berantakan, rumah seperti kapal pecah, barang-barang antik yang indekos di dalam tas sekolah anak-anak, sampai urusan dahi benjut, kaki biru, atau tangan lecet mah udah risiko. Mommies nggak perlu galau dan khawatir berlebihan. Yang penting, kita tetap mengawasinya dan cepat tanggap jika terjadi hal-hal yang dirasa cukup mengganggu.

Terjatuh, nggak sengaja menabrak sesuatu atau berbenturan dengan teman sepermainan, bisa saja membuat tubuh anak lebam. Hal ini biasanya diakibatkan oleh benturan dengan benda tumpul. Lebam juga dikenal dengan memar, adalah peristiwa pecahnya pembuluh darah kapiler di bawah kulit yang menyebabkan darah menyebar ke jaringan di sekitar pembuluh yang pecah itu. Selain terasa nyeri, lebam biasanya ditandai juga dengan pembengkakan di area yang terluka.

Sebagian orangtua mungkin beranggapan bahwa luka lebam ini biasa aja, nggak perlu diobati nanti juga sembuh sendiri. Padahal, lebam pada tubuh –terutama anak –bisa jadi berbahaya loh. Pada kasus tertentu, meski jarang ditemukan, luka lebam bisa mengarah pada hematoma, yaitu penggumpalan darah di bawah kulit. Biasanya terjadi pada luka lebam yang tak kunjung sembuh dalam jangka waktu lama.

Kevin pernah mengalami luka lebam yang cukup serius di bagian dahinya. Waktu itu dia sedang lompat-lompat sambil bermain hotwheels kesayangannya ketika tiba-tiba kakinya terjerat tali mainan dan tersungkur ke lantai. Alhasil, selain lebam dahinya juga benjol cukup besar.

Saat bermain kejar-kejaran atau bola sepak di sekolah, dia juga sering kali terantuk batu atau anak tangga, hasilnya dia acap pulang dengan kaki atau tangan biru-biru. Saking seringnya mengalami luka lebam, saya sampai hafal. Setiap sampai di rumah, langsung saya periksa jangan-jangan ada lebam baru di tubuhnya. Hahaha…

#AKSIFLASHBUNDA THROMBOFLASH

By the way, tahu nggak Moms, luka lebam itu ada tahapannya loh. ​

Merah

Sesaat setelah terbentur, biasanya bagian tubuh yang terbentur ini akan memerah dan sedikit bengkak yang disertai rasa nyeri.

Biru hingga ungu

Sekitar 2-3 hari setelah benturan, kulit berubah warna menjadi biru keunguan. Hal ini dikarenakan kurangnya suplai oksigen dan pembengkakan yang terjadi. Akibatnya, hemoglobin yang harusnya berwarna merah, berubah menjadi biru.

Hijau pucat

Memasuki hari keenam, hemoglobin akan mulai terurai dan berubah menjadi hijau yang menandakan proses penyembuhan sedang berlangsung.

Kuning kecokelatan

Biasanya setelah satu mingu, kulit akan berwarna kuning kecokelatan. Ini adalah proses akhir penyembuhan dan kulit akan kembali pada kondisinya semula.

Berhubung anak-anak lelaki di rumah sering banget terbentur atau terjatuh, saya selalu siap sedia melakukan pertolongan pertama dengan teknik RICE. Seperti ini:

#aksiflashbunda thromboflash Bety Kristianto

Kalau sudah melakukan teknik RICE di atas, kita juga bisa mengoleskan salep yang mengandung Heparin Sodium untuk mengurangi nyeri. Heparin bekerja dengan cara menguraikan gumpalan darah yang membeku di bawah kulit, membantu meredakan peradangan, serta melancarkan kembali peredaran darah agar luka lebam cepat sembuh.

Baca yang ini juga ya : Kenali Kepribadian Anak Lewat Golongan Darah

Hati-hati Pilih Merk

Meski di pasaran ada banyak salep pereda nyeri untuk luka lebam, sebaiknya kita berhati-hati ya dalam memilihnya.

 

Kenapa?

 

Karena nggak semua salep itu HALAL. Padahal, penting banget kan ya, memastikan kehalalan obat itu. Apalagi ini buat anak. Jangan sembarangan deh!

Nah, masalahnya nyari salep yang punya kandungan BOVINE itu nggak mudah kan? Untungnya saya kenalan sama Thromboflash nih. Udah pada tahu belum? Thromboflash untuk luka dalam/memar/lebam ini pas banget untuk kita-kita, terutama yang punya anak kecil di rumah. Produk buatan PT Pratapa Nirmala ini adalah obat anti thrombosis / anti coagulant yang memang diformulasikan khusus untuk luka memar. 

#aksiflashbunda thromboflash betykristianto

KENAPA SAYA PILIH
THROMBOFLASH?

#aksiflashbunda thromboflash Bety Kristianto
thromboflash halal MUI

View Image

Thromboflash BPOM

View Image

#aksiflashbunda thromboflash betykristianto

#aksiflashbunda thromboflash Bety Kristianto
Teksturnya lembut, bening, dan anti lengket

#aksiflashbunda thromboflash Bety Kristianto

Buat para Mommies, saran saya sih Thromboflash wajib ada di kotak P3K untuk melindungi keluarga dari luka lebam akibat benturan. Mommy happy, anak pun happy. Thank you, Thromboflash!

Kualitas
5/5
Perizinan
5/5
Harga
5/5