Dear myself, apa kabar? Rasanya sudah lama sekali sejak terakhir aku menyapamu. Aku tahu, hari-harimu selalu sibuk, bahkan sebelum baskara muncul di ufuk timur. Namun, semburat lembayung nila yang agung itu sering kali tak sempat kau cecap. Di tengah keheningan fajar, tanganmu menari lincah penuh gemulai. Diiring denting panci, percikan air dan aroma bumbu, bayangmu meliuk indah. Memeluk pagi yang semakin cerah. Ya, hari-harimu selalu seperti itu. Dan dapurlah panggung termegahmu.
Dear myself, aku tahu tak mudah bagimu menjalani hari-hari yang terkadang berat dan penuh tantangan. Hari-hari di mana tubuhmu meminta jatah rehat, tapi hampir selalu kau abaikan demi sebuah tugas bernama pengabdian. Atau, waktu-waktu bisu yang hening di tengah hari kala semua orang sibuk dengan dunianya, sementara kau terdiam sendirian di lorong bersebut kenangan.
Kenangan? Ya, serpihan-serpihan mungil yang terbang kian kemari memenuhi sebagian waktumu adalah kenangan akan masa lalu. Kenangan manis, pahit, dan mungkin hambar yang pernah mengisi detik-detik hidupmu. Teman-teman sekolah, rekan-rekan kerja, mereka yang pernah datang dan pergi mengisi hari-harimu.. ah rasanya baru kemarin mereka menjadi bagian tak terpisahkan darimu. Kini, semua telah memudar dan mungkin hanya kau yang menyimpannya menjadi kenangan, untuk memastikan bahwa kau pernah memilikinya. Dan itulah yang kulihat, kala senyum tipis menghias bibirmu yang beberapa kali tak berhias lipstik.
Dear myself, aku tahu kerinduanmu akan riuhnya semesta kala kakimu ikut melangkah di dalamnya. Saat semua terasa hidup dan menyenangkan, tawa lebar dan aura kebahagiaan terpancar jelas di wajahmu. Nongkrong sana sini, haha hihi berkawan teman. Sayang, semua itu telah berlalu . Dan kini, tawa bahagiamu lebih receh. Wajah yang berhias senyum saat melihat anak-anakmu tertidur pulas dengan perut kenyang, atau suami yang ngorok dengan lantang di tengah malam buta. Tak banyak yang kau syukuri selain bahwa semua itu adalah perhiasanmu yang tak ternilai harganya. Dan kau akan berbaring dengan tenang dalam diam sambil menyelesaikan drama Korea favoritmu.
Dear myself, akupun merasakan kesedihanmu kala air mata meleleh diam-diam di pipimu yang mulai berhias kerutan tipis, saat sebagian orang meremehkan kehadiranmu, menafikkan kemampuanmu atau menganggap sebelah mata keberadaanmu sekarang. Mereka lupa bahwa kamu pun berhak menentukan prioritas hidupmu sendiri sebagai pribadi, dan bahkan dengan setia melayani banyak orang, menyembunyikan dirimu jauh di belakang layar supaya mutiara hatimu menyeruak keluar dan bersinar dengan indah. Aku tahu semua itu nggak mudah, dan tak banyak orang yang mau melihatnya sebagai sebuah pengorbanan. Sebagian justru menganggapnya sebagai kemunduran. Tapi aku senang, bahwa kamu mampu bertahan dan berdiri teguh sampai sekarang.
Dear myself, berulang kali aku berbisik lirih di telingamu, “Stay strong, Bety. You’ve done the right things and I’m proud of you. Be brave, be bright, and be joyful. You’re not left behind. You’re walking in the right path. Just keep moving toward. Do not lose your faith. For there’s always a hope for the light even in the sorrow and foggy road. You’re such a beautiful and precious woman, and God loves you!” Aku pikir, kamu berhak mendengarnya, bukan?
Dear myself, selalu ada waktu untuk berdiam diri dan melihat kembali ke belakang. Dan aku rasa inilah saatnya. Karena itu, aku harap kamu bisa melakukannya hari ini. Meskipun tak ada hujan bulan Juni yang bisa menghapuskan jejak-jejak kenangan dalam hatimu, dan merahasiakan rindumu pada masa lalu. Kali ini, izinkan aku mendampingimu. Melewati hari ini dan mengukir cerita baru bersamamu. Hari ini akan menjadi momen indah yang tak akan terulang sampai kapanpun. Dan aku ingin memastikan bahwa momen ini akan selalu engkau syukuri. Sebab hari-hari di depan tak akan sama lagi bagimu.
Dear myself, tetaplah menjadi dirimu sendiri. Jangan ragu untuk melangkah, ikuti kata hatimu dan jadilah berkat. Sekecil apapun peranmu, aku pastikan bahwa semua itu tak akan pernah sia-sia. Ya, tak ada yang sia-sia di dunia ini. Pun demikian dengan dirimu. Karena itu, teruslah bersinar, jadilah cahaya yang menerangi hati setiap orang. Warnai dunia dengan keindahanmu, namun milikilah hati yang penuh cinta dan ucapan syukur. Hati yang bersyukur adalah kunci, sebab dari sanalah terpancar kehidupanmu.
Dear myself, bila suatu saat Tuhan izinkan kau terjatuh … ingatlah untuk tetap bangkit dan melangkah lagi. Jalanmu mungkin tak akan selalu mulus, dan mentari terkadang akan tertutup awan atau hujan deras. Tapi percayalah, selalu ada pelangi selepas hujan dan tangan-Nya akan selalu menopang. Aku akan selalu ada di sini, berjalan bersamamu melewati lorong waktu dan menghimpun serpihan yang akan kita jadikan kenangan kelak, saat memutih rambutmu dan memudar penglihatanmu.
I love you, Bety, and I’ll always do.
Mba Bety bagus banget sampe ikut terhanyut, aku merasa sedang bicara pada diriku sendiri. Semangat selalu kita para wanita, para ibu. Makasi sudah menuliskan ini, berasa ikut di puk puk in
Aku udah lama banget nggak nulis kayak gini. Ngomong sama diriku sendiri. Kemarin itu sempat merasa sedang tidak baik-baik saja. Biasanya aku nulis buat diriku sendiri kan, tapi kemarin justru mengambil jarak dari menulis dan dunia maya. Entahlah sekarang aku sangat menikmati kehidupan di dunia nyata. Berusaha hadir secara penuh buat keluarga. Mungkin efek kehabisan waktu juga buat online, akhirnya harus memilih prioritas. Apapun itu, semoga kita baik-baik saja ya, Mbak. Semakin ke sini tantangan menjadi ortu dan seorang perempuan makin besar. Jadi let’s enjoy aja.
Dear Mba Bety, menyentuh sekali.. mengingatkan diri saya. Betul mba bersyukur adalah kunci kehidupan. Thanks artikelnya.
Mbak, tulisanmu bagaikan menggambarkan isi hatiku. Kadang merasa diri berada di titik terbawah. Merasa tidak berguna dan sepi. Tapi harus kulawan itu semua.
Dear mb Bety, makasih untuk tulisan indahnya … mengingatkan akt untuk refleksi diri
Keren dear my selfhnya. Jadi nannya sendiri Juga ke dirigiert saya. Makasih dikasih kisi2 nya buat banyak dirigiert saya juga