”Hidup manusia itu sejatinya seperti bunga rumput. Hari ini ada, esok tiada.”
Kalimat itu sepertinya pas untuk menggambarkan perasaan saya beberapa tahun yang lalu. Saya tergolek lemah di sebuah sofa. Antara ada dan tiada, sadar dan tak mampu bergerak, pandangan saya kabur menatap langit-langit rumah yang seakan tak berujung. Malam itu, suhu tubuh saya mencapai titik tertinggi seumur hidup: 40,5°C. Pikiran saya melayang-layang, menembus batas waktu. Sekali waktu saya seakan terlempar ke masa kecil, beberapa detik kemudian terhempas ke masa sekarang. Napas terasa berat dan sepertinya hampir putus. Entah, apakah saya sedang pingsan, terlelap, atau justru sekarat. Yang pasti, saya merasa sangat takut. Takut kalau-kalau waktu saya sudah dekat.
Sore sebelumnya, saya divonis dokter untuk menjalani rawat inap. Diagnosis sementara adalah DBD. Kadar trombosit dalam darah drop hingga di bawah 150.000 dan suhu tubuh melonjak. Namun karena keterbatasan ruang perawatan, saya diperbolehkan pulang dengan catatan, jika ada keluhan berat maka harus segera dilarikan kembali ke UGD. Dengan pertimbangan si Kakak juga lagi sakit, saya setuju untuk pulang, meski di rumah pun nggak bisa ngapa-ngapain. Sementara suami saya suruh menjaga si kakak yang juga demam, saya putuskan untuk tidur saja di sofa. Dan, itulah yang saya alami, lemah tak berdaya dan akhirnya selepas subuh dilarikan kembali ke RS.
Lima hari pertama di rumah sakit, saya masih demam tinggi. Bermacam obat dan antibiotika sudah dimasukkan, tapi sepertinya virus-virus jahat itu masih betah tinggal di dalam sana. Akhirnya dokter melakukan tes widal untuk mengetahui apakah ada virus thypus. Daaan … hasilnya positif, pemirsah! Huaaa… jangan ditanya rasanya ya. Badan sudah remuk redam tak bisa digerakkan. Saya hanya bisa terbaring lemah seorang diri.
Penderitaan belum selesai. Di hari ketujuh, saya mengalami pendarahan hebat saat buang air kecil. Setengah sadar, saya dituntun suster untuk kembali ke tempat tidur dan harus menjalani bedrest total, nggak boleh turun dari kasur. Praktis, saya makin kalut. Suhu tubuh saya masih berkisar 38-40°C, pendarahan hebat, sembelit, dan bibir pecah-pecah saking panasnya. Beberapa malam, saya mengigau. Meracau, memanggil-manggil nama Rafael, si sulung.
Beruntung, pendarahan itu nggak sampai membuat saya harus menjalani transfusi darah. Yang saya ingat, waktu itu dokter bilang kalau usus saya luka, kemungkinan bolong, dan itulah yang menyebabkan bleeding tadi. Untuk mengatasinya, dokter mengganti obat dan antibiotika. Memasuki hari ke-10, saya masih demam. Beruntung keesokan harinya demam berangsur turun, hingga hari ke 13, saya diperbolehkan pulang.
Ahh, mengingat kembali peristiwa itu, saya masih merinding. Nggak lagi-lagi deh, kena penyakit mengerikan seperti itu. Saya ngeri aja kalau sampai bleeding nggak bida dihentikan, bisa-bisa saya harus menjalani transfusi darah, dan harus dirawat lebih lama lagi di rumah sakit.
Table of Contents
Sebuah Titik Balik
Pengalaman itu, membuat saya begitu bersyukur diberikan kesempatan untuk hidup sehat lagi. Butuh waktu sekitar 3 bulan sebelum saya bisa beraktivitas normal lagi. Virus thypus membuat saya harus mengurangi banyak aktivitas dan menjaga pola makan. Mengurangi junk food, gorengan, santan, asam, dan pedas adalah PR besar setelah keluar dari rumah sakit. Tahu sendiri kan, mamak mana yang tahan godaan syurga seperti itu? Tapi demi kesehatan, saya pun mulai mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat.
Makan lebih sehat
Kalau diingat-ingat lagi, sebelum sakit waktu itu, saya rajin banget konsumsi mi instan. Alasan capek dan nggak ada waktu untuk memasak, ditambah kerjaan kantor yang sangat padat, membuat saya mengambil jalan pintas untuk mengenyangkan perut. Setelah sembuh, saya mulai makan lebih sehat, banyak sayur dan buah. Selain itu, saya juga sangat mengurangi jajan di luar dan lebih banyak memasak sendiri makanan untuk kami sekeluarga. Kini, saya juga makan lebih banyak sayuran mentah dan air jeruk nipis di pagi hari, mengurangi makanan olahan, junk food dan berkolesterol tinggi lainnya.
Memperbaiki pola tidur
Meski sering kali harus terjaga di malam hari karena tuntutan profesi, saya mulai memaksa diri untuk menyediakan lebih banyak waktu untuk tidur yang berkualitas. Minimal 6 jam sehari cukuplah untuk mengisi ulang tenaga yang hilang. Selagi ada kesempatan, saya usahakan untuk tidur siang secukupnya.
Minum Air Putih Lebih Banyak
Tubuh yang terhidrasi sempurna akan membuat kita tetap on, dan menunjang vitalias. Sebagai hasilnya, kita bisa tetap aktif setiap hari. Minuman kalengan, beralkohol, berkafein tinggi, dan bersoda mulai saya kurangi asupannya. Hanya sesekali saja saya mengonsumsinya, itupun kalau benar-benar ingin. Pokoknya ke mana-mana harus selalu membawa botol minum, deh.
Kelola Stres dengan Tepat
Bekerja di bawah tekanan, tentu saja membuat siapa saja mudah terkena stres. Tapi saya memutuskan untuk menerimanya dengan damai, dan menjalani semua tugas dan tanggung jawab pekerjaan maupun rumah tangga dengan lebih santai. Bukan berarti seenaknya, tapi saya nggak mau terbebani dan frustasi karena masalah-masalah tersebut. Saya berusaha menikmati waktu-waktu me time maupun bersama keluarga, dan membagi fokus pada beberapa hal berdasarkan skala prioritas. Di sisi lain, saya berusaha meningkatkan level dan kualitas spiritual saya.
Berbagi Hidup dengan Sesama
Sejak mengalami pendarahan hebat dan hampir menjalani transfusi darah, saya jadi bertanya-tanya gimana ya seandainya waktu itu beneran harus transfusi? Ada nggak yang mau jadi donor? Sakitkah? Trus gimana kalau saya yang berada dalam posisi sebagai pendonor darah. Sakit nggak, lemes nggak? Bahaya apa nggak ya, jangan-jangan darah saya berkurang banyak, trus malah jadi sakit. Duh… bermacam pertanyaan memenuhi benak ini.
Dari situ, saya mulai bertanya-tanya dan mengumpulkan informasi. Ternyata, untuk bisa menjadi pendonor darah itu nggak susah kok. Kita hanya perlu memenuhi syarat di bawah ini.
- Berusia 17 – 65 tahun
- Berat badan minimal 45 kg
- Kadar hemoglobin >12,5 gr% sampai dengan 17,0 g%
- Tekanan darah (sistol) 100-170 mmHg ) dan (diastol) 70-100 mmHg.
- Suhu tubuh antara 36,6-37,5° Celcius
- Tidak mengalami gangguan pembekuan darah (hemofilia)
- Memiliki denyut nadi antara 50-100 kali/menit
- Terakhir kali menyumbang darah 3 bulan sebelumnya atau maksimal 5 kali dalam setahun.
Selain itu, kita juga harus dinyatakan bebas dari penyakit jantung, paru paru, kanker, tekanan darah tinggi (hipertensi), diabetes militus, penyakit kelainan darah, epilepsi dan kejang, Hepatitis B atau C, Raja Singa (Sifilis), ketergantungan Narkoba, kecanduan alkohol, dan tidak memiliki risiko tinggi terhadap HIV/AIDS.
Bagi teman-teman yang ingin menjadi donor tapi kebetulan lagi habis sakit, masih bisa mendonorkan darah, dengan beberapa catatan. Misalnya, setelah demam dan sakit gigi, tunggu 5 hari setelah sembuh. Setelah operasi kecil dan menderita thypus, kita harus menunggu dulu sampai 6 bulan ke depan.
Setelah operasi besar atau melakukan tranfusi, menerima tindakan tatto, tindik, tusuk jarum, dan transplantasi, kita harus menunggu satu tahun lagi. Peraturan yang sama berlaku juga untuk kita yang baru sembuh dari hepatitis atau berkunjung ke daerah endemis malaria.
Nah, kebetulan suami saya pernah beberapa kali mendonorkan darahnya. Dari ceritanya, pengalaman donor darah itu nggak menakutkan, malah banyak manfaatnya. Singkat cerita, dia mengajak saya kapan-kapan menjadi donor darah, wahhh… Saya langsung terbelalak.
Menjadi donor? Pengen sih, tapi… takut sakit, takut darah saya kurang banyak, takut terkontaminasi penyakit, dan bla bla bla… Kalau dipikir-pikir, hal itu nggak sepenuhnya salah ya, mengingat sesuatu yang baru selalu terlihat menakutkan.
Nah, setelah kondisi fisik saya kembali kuat, saya pun memutuskan untuk ikut dalam aksi donor darah yang kebetulan diadakan di gereja. Makan kenyang, tidur yang cukup, dan minum lebih banyak adalah beberapa persiapan yang saya lakukan. Meski sempat panas dingin dan nervous, akhirnya saya berhasil menaklukkan ketakutan dalam hati.
Rasanya gemetaran saat jarum suntik menembus nadi. Saya langsung memalingkan muka dan menikmati momen pertama kali sebagian darah saya tersedot keluar. Hm, not bad lah. Ternyata nggak sesakit yang saya bayangkan loh! Selesai proses pengambilan darah, saya langsung dipersilakan beristirahat dan minum teh manis lengkap dengan beberapa makanan pendamping. Karena donor darah ini nggak berbahaya bagi kesehatan, kita boleh langsung beraktivitas lagi setelah istirahat 10-15 menit. Dengan catatan, nggak pusing dan mual.
Kesan pertama mendonorkan darah, luar biasa. Rasanya bangga dan senang sekali bisa memberikan darah bagi mereka yang membutuhkan. Persis seperti seorang pahlawan kesiangan deh. Hahaha, norak!
Tapi percaya nggak, setelah itu saya keranjingan ikut donor darah setiap 3 atau 6 bulan. Kebiasaan ini berlanjut hingga beberapa tahun kemarin, dan baru berhenti setelah saya hamil dan menyusui. Kalau ada waktu dan kesempatan, saya pengin banget mendonorkan darah lagi.
Aksi donor darah, sejatinya memang nggak hanya bermanfaat bagi yang menerima saja. Kita pun bisa mendapatkan beragam manfaat donor darah, seperti yang dilansir oleh DokterSehat berikut ini:
Mendapatkan pemeriksaan kesehatan secara gratis
Sebelum menjalani donor darah, kita akan diperiksa oleh petugas. Meliputi pemeriksaan nadi, tekanan darah, suhu tubuh, dan kadar hemoglobin. Selain itu, darah kita juga akan diuji untuk beberapa penyakit, termasuk Hepatitis B, Hepatitis C, HIV, Virus West Nile, Sipilis dan Trypanosoma cruzi. Ini sama artinya dengan deteksi dini terhadap penyakit mematikan, bukan?
Mengenai hasilnya, jangan khawatir. Petugas hanya akan menginformasikan kepada pendonor yang positif terjangkit penyakit tertentu. Dan, informasi ini bersifat sangat rahasia, artinya nggak akan bocor kepada pihak yang tidak berkepentingan. Kalau kita nggak dihubungi oleh petugas yang berwenang ((amit-amit deh ya)), itu berarti kita dinyatakan sehat.
Menjaga kesehatan jantung
Dengan mengurangi persediaan darah, tubuh terhindar dari penumpukan zat besi yang bisa menyebabkan terjadinya oksidasi kolesterol. Akibatnya, kita terhindar dari risiko penyakit jantung dan penyumbatan pembuluh darah koroner.
Meningkatkan produksi darah merah
Setidaknya, ada 5 liter darah yang terus mengalir dalam tubuh kita. Dengan menyumbangkan sekitar 480 ml darah, maka tubuh kita akan memproduksi sel darah merah yang baru. Artinya, tubuh kita akan lebih segar dan metabolisme pun terjaga.
Menurunkan berat badan
Kehilangan 480 ml darah dari tubuh, akan menyebabkan pembakaran sekitar 650 kalori. Jumlah ini cukup untuk mengurangi lingkar pinggang kita. Selain sehat, bermanfaat, juga bikin penampilan makin oke kan?
Mengurangi risiko kanker
Berdasarkan sebuah studi, ditemukan penurunan kecil pada risiko terjadinya kanker pada mereka yang rutin menyumbangkan darahnya. Hal ini termasuk kanker hati, usus besar, paru-paru, kerongkongan dan kanker perut. Selain itu, donor darah juga menurunkan risiko inflamasi dan meningkatkan kapasitas antioksidan pada tubuh.
Mengurangi kelebihan zat besi
Kekurangan zat besi memang berbahaya bagi tubuh, tapi kelebihan zat besi juga bisa mengakibatkan gangguan kesehatan yang disebut dengan hemochromatosis. Pada tahap yang lebih berat, bisa juga mengarah pada terbentuknya sel kanker dan hepatitis C.
Di Indonesia, donor darah ini dilindungi oleh Peraturan Pemerintah (PP) No. 2/2011 tentang pelayanan donor darah yang diatur oleh PMI sebagai tujuan sosial dan kemanusiaan. Selain itu, donor darah yang resmi di bawah pengawasan PMI juga dilindungi oleh UU No. 36/2009 tentang Kesehatan.
Proses donor darah biasanya berlangsung sekitar 1 jam, sejak kedatangan sampai selesai. Untuk alurnya seperti ini
Registrasi
Kita akan diminta menunjukkan kartu identitas yang berlaku dan kartu donor (jika sudah memiliki). Selanjutnya mengisi formulir pendaftaran yang berisi pertanyaan terkait riwayat kesehatan.
Pemeriksaaan Kesehatan
Meliputi pemeriksaan tekanan darah, kadar hemoglobin, golongan darah, suhu tubuh, denyut nadi, dan beberapa pertanyaan seputar riwayat kesehatan dan penyakit yang pernah diderita. Jika lolos, kita akan dipersilakan untuk menunggu panggilan berikutnya.
Donasi
Proses pengambilan darah bisa dilakukan dalam posisi duduk atau berbaring. Nggak perlu takut ya, semua peralatan medis yang dipakai sudah dalam keadaan steril dan siap digunakan. Petugas medis akan membuka segel dari setiap peralatan yang dipakai atas persetujuan kita. Setelah darah yang diperlukan cukup, petugas akan menutup area bekas suntikan dengan perban steril.
Istirahat/pemulihan
Biasanya, kita akan diberi waktu untuk beristirahat sekitar 10-15 menit untuk memulihkan diri. Jika terasa pusing atau mual, kita harus memberitahukan kepada petugas dan mungkin saja harus beristirahat lebih lama.
Untuk memulihkan tenaga, sebaiknya kita mengonsumsi makanan yang kaya akan zat besi, asam folat, riboflavin, dan Vitamin B6. Seperti kacang-kacangan, daging, ikan, buah-buahan, yoghurt dan susu. Hm, nikmat ya?
So, sekarang nggak takut lagi dong buat donor darah. Yuk join di #AksiSehatCeria dan bikin hidup kita lebih bermakna! Ingat ya, setetes darahmu sangat berarti.
Referensi:
- www.doktersehat.com
- www.hellosehat.com
- www.wikipedia.com
Sumber gambar:
- www.pixabay.com
- shutterstock.com
Infographic
- Penulis
Duh, kisah di awal2 paragraf bikin deg2an. Ikut merasakan khawatirnya, hiks. Jadi pelajaran berharga banget ya, Mbak. Saya pun begitu, mulai aware nih dg berat badan yg nambah sejak ada si kecil. Takut ngaruh ke yg lain2. Btw, kereeen postingannya, udah mirip punya Mbak Langit 🙂 Calon pemenang ini, mah. Sukses ya, Mbak
Iya mba, waktu itu pikiran sampe ke mana-mana. Takut mati muda hehehe… makanya sekarang berusaha hidup lebih sehat.
Makasih info n sharingnya mbak, walaupun saya masih takut untuk donor darah
Biasanya pas udah sekali nyoba, ketagihan mba hehe
Wah, ternyata donor darah bermanfaat banget ya, Mba.
Iya mba, boleh sekali-kali dicoba ya 😊
Saya dulu sering transfusi darah, terutama setiap melahirkan. Krn saya selalu operasi seasar & setelah ditransfusi. Kecuali melahirkan si bungsu krn hb saya tinggi.
Saya ga bisa ikut donor, krn darah rendah Mba. Jd sering ditolak…hehhe
Iya bun, kalau memang syaratnya nggak terpenuhi nggak boleh donor. Yang penting kita sehag dulu ya Bun, jadi bisa kirom doa buat teman dan saudara yang sakit.
Teman² yg rutin donor sering cerita tuh, merasa lebih sehat yah sesudahnya. Anak saya juga pernah donor, u dosennya yg sedang sakit, karena PMI kosong. Suami juga pernah donor, apalagi golongan darahnya langka, A rhesus negatif.
Saya…sayangnya engga boleh, karena carrier hepatitis B.
Iya Bunda, kadang kendala yang ada memang membuat kita nggak bisa jadi donor. Tapi paling tidak kita bisa kirim doa. Sehat terus ya Bun!
Donor darah banyak manfaatnya ternyata…
ah, penginnya, sayang banget tensi enggak pernah lebih 100 saya. Biasa 90/70…dan Hb juga rendah. Tiap lahiran saya selalu dapat transfusi darah, pas normal iya, pas sesar sampai 9 kantung..
Salut sama pendonor, bisa menjadi tangan Tuhan untuk menyambung nyawa orang..
Btw, semoga sehat selalu ya Mbak Bety:)
Waaaa 9 kantung? Luar biasa mba perjuangannua saat melahirkan ya. Aku aja udah deg-degan euy. Sehat-sehat juga buat mba Dian ya!
MasyaAllah, sedih saya baca diawal-awal cerita mbak Bety pernah tergeletak lemes😢 semoga kita dn keluarga dijauhkan dari segala sakit.. Amin.. Infonya lengkap dan sangat bermanfaat mbak💗💗
Ýa mba, amin. Kudu jaga kesehatan bener ya. Makasih sudah mampir ya
Pengen sebetulnya donor darah karena memang banyak manfaatnya, cuma kadang kendala di Hb.
Harus hidup sehat dan makanannya juga sebisa mungkin yang banyak sayur buah kali ya mba
Wah mba Betty ternyata berat banget ya yang mba Betty alamai sewaktu sakit. Jadi mengingatkan saya juga untuk pola hidup sehat karena belakangan inj saya sering mengkomsumsi mie hiks. Terima kasih sudah mengingatkan 🙏
Iya mba, beneran loh sehat itu mahal. Makanya penting jaga pola makan hehe
Aku sempat DB juga tifus mbak. Tapi bersyukur nggak separah Mbak Bety. Diagnosa DB sama tifus ini memang rada tricky, karena gejalanya hampir sama tapi pengobatannya gak sama. Untuk Donor sendiri aku belum pernah, sih. katanya justru kalau udah pernah harus rutin , ya? Biar tetap fresh.
Iya mba, kalo udah sekali donor biasanya ketagihan. Karena kalo nggak donor, badan rasanya berat gitu. Aku kapan-kapan juga pengen mulai donor lagi.
Ah sayangnya setahun lalu aku donor tapi ga ditulis di blog. Hihihihi. Ceritanya mantap. Hampir sama dg pengalamanku
Inilah enaknya blogger. Apapun bida dijadiin tulisan hehehe
Baca baca di awal bikin deg degann …
Sehat terus ya mba
Ehhehe amin Kakak… thanks ya
Dulu waktu SMK, aku pengen banget ikut donor darah tapi nggak bisa karena umurku waktu itu masih 16 tahun. Sekarang umurku 22 tahun pengen ikut donor darah juga masih belum bisa ikut donor darah karena berat badanku cuma 35kg. Setelah baca ini aku baru tahu kalo ternyata banyak banget manfaat donor darah. Semoga sebentar lagi aku bisa ikut donor darah.
Wah langsing ya mba? Dulu saya pas pertama donor BB mefet 46kg hehe.
Waaahhh, liat gambarnya aja saya takut mba, apalagi mau donor, udah pingsan duluan kayaknya.
Saya belum pernah sama sekali donor, udah keburu takut aja kalau dengar kata darah, apalagi liat darah hiii..
Tapi mau deh ngumpulin keberanian biar bisa donor juga 🙂
Sekali nyoba rasanya pasti luar biasa mba .
seumur-umur saya belum pernah melakukan donor darah. Kadang kadang pengen juga sih nyobain, walau takut sama jarum suntik. Sekalinya dateng ke lokasi bakti sosial donor darah di Bengkulu, ehhh malah ga boleh donor. Padahal tensi darah sudah oke. Rupanya larangan mendonor karena belum lama saya ikut vaksi hepatitis B
Iya mba, skrining awal memang penting supaya donor darah ini nggak membahayakan si pendonor juga. Thanks for reading ya
Manfaat donor darah banyak banget yaa.. suamiku juga rutin ikut donor darah, tapi aku nggak pernah lolos pemeriksaan awal, selalu ditolak, hiks :((
Hehe kenapa ditolak mba? Tekanan darah dan hemoglobinnya kurang kah? Yang penting sudah niat ya. Paling tidak kita bisa kirim doa.
Wah aku juga pernah typus dan beneran bedrest mbak, huhu. Eh donor darah yang awalnya aku mikir nyeremin, ternyata banyak banget ya manfaatnya. Bahkan memproduksi sel darah yang baru. Bener nih kita harus jaga pola hidup sehat, salah satunya minum air putih 🙂 lengkap tulisannya bikin saya segera pengen ke pmi. Mgkn sedikit darah kita bs membantu sesama 🙂
Membantu banget, mba buat pasien. Terutama yang golongan darahnya langka kayak AB gitu.
Kalau sudah pendarahan hebat itu memang ngeri ya mba. Ngeliat mama saya dulu begitu, ga sanggup deh.
Makanya saya senang ikutan donor darah. Walaupun bukan buat org2 terdekat. Minimal bisa bantu org2 yg memang butuh sekali darah.
Iya mba beneran setetes darah itu berharga banget
Waah ternyata thypus juga bisa bikin pendarahan ya? Serem banget.
Rumor yang beredar dari jaman aku sekolah, katanya donor darah bisa bikin gemuk. Lah ternyata malah bisa nurunin berat badan.
Iya, mba. Kalau sudah parah, biasanya bisa bikin bleeding. Makanya pasien thypus dilarang aktivitas berat.
Sehat2 terus ya mba… polahidup sehat penting bngt brsyukur bisa transfrusi darah.. mudah2an kita semua trhindar dr penyakit apapun y mba…
Amin, mba. Makasih donya ya. Stay healthy jugak!
aq rajin donor karena dikantor rutin ngadain 4 bulan sekali, tapi pernah punya pengalaman gak enak juga ketika donor, karena setelah donor aq jadi pingin pingsan, tapi untungnya gak bikin kapok dan tetap ikutan donor setiap kali kantor ngadain donor bersama yang penting lebih mempersiapkan kesehatan diri sendiri
Hehe iya mba, kebanyakan yang udah pernah donor darah jadi ketagihan.
Pantesan Mbak Bety awet muda dan glowing sekali kulitnya…bisa diikuti nih gaya hidup sehatnya 🙂
Berasa terbawa sm kisahnya aku deh baca ini mba. Heu. Ak sampe skrg sbnrnya g berani donor darah. Bukannya ap tp ak takut suntikan heu. Pdhl ak pro vaksin. Wkwk. Contoh pengakuan yg aneh dr emak2.
Wkwkwk emak-emak emang emejing ya mba. Sehat selalu ya mba Winda… thanks for coming by
Saya belum pernah donor darah, tensi saya suka rendah dan takut juga sih hehe bapak saya dulu rajin donor darah katanya pusing kalau gak donor darah. Tapi sekarang udah enggak, tensi nya tinggi terus
Kalau saya nggak pernah donor darah karena berat badan belum mumpuni. 39-40 Kg berat badan saya.
memang banyak manfaat donor darah, tapi di kasus aku tidak bisa mendonorkqn darah karena AB dan tidak boleh karena lemas.
Gol darah AB memang agak susah ya mba, apalagi kalo personal case seperti mba yang nggak boleh lemas, bisa berbahaya. Makasih sudha mampirn dan sehat2 terus!
Saya selalu gagal klo pas mau donor darah karena tensi darah saya rendah. Terakhir bulan lalu, padahal waktu tes pertama normal eh selang beberapa jam kemudian tensi ngedrop yaah gagal deh.
Wah… sayang banget ya padahal tinggal dikit lago hehe. Tp gakpapa mba, yang penting sudah niat ya.. sehat terus ya mba
Pengalaman yg luar biasa, mengajari kalau pola hidup sehat itu memang bantu banget untuk kita ya mba. Jujur aku belum pernah donor, ada aja halangannya. Darahku juga rendah soalnya, huhu
Iya mba, kapok sakit. Semoga nggak lagi-lagi deh
Aku msh sering ditolak donor, dulu krn BB, selanjutnya krn Hb rendah hehe.
Tapi dukung kegiatan2 donor darah kyk gini mbak.
Katanya bikin sehat jg ya? Iya enaknya bisa cek darah secara gak lansgung, free pula ya.
Paling suka kalau abis donor dapat kue atau susu itu hehe 😀
Harus banyak makan makanam kaya zat besi, mba biar hbnya normal. Kalo hb rendah kan juga bikin lemes ya
Wah ngeri banget ya, mbak demamnya sampai 40 derajat gitu. Saya selama ini baru 1 kali donor darah waktu diadakan di kantor. Pas mau ikut lagi eh ternyata tekanan darah rendah jadinya batal deh
Iya mba, rasanya antara sadar dan tidak hehe.
aku selalu gagal untuk ngedonor, pertama krn BB dibawah standar, kedua tensi rendah. Duh nasib. sehat2 selalu ya mba cantik
Waw, mungil banget dong mba? Aku sekarang jg belum aktif donor lagi nih
aku belum pernah dondar mba 🙁 karena dulu BB kurang dan HB rendah sampe sekarang juga jadi males deh dondar 🙁
Wah iya mva kalo HB rendah mah so pasti ditolak ya. Gakpapa masih ada jalan lain untuk berbagi kan ya? Thanks for coming ya mba