Heritage Batik Keris – Jalan-jalan ke Solo kemarin, saya nyempetin mampir ke bekas Omah Lowo, yang sekarang sudah nggak seram lagi. Tempat yang dulunya terkesan spooky dan nggak banget ini, justru lagi lumayan ngehits di kalangan pelancong lokal. Tempatnya yang kebetulan berhadapan dengan hotel tempat kami menginap membuat saya makin bulet pipinya niatnya untuk berkunjung.
Omah Lowo yang kini berganti nama menjadi Museum Batik Keris ini berada di jantung kota Solo, yakni di bilangan Jalan Slamet Riyadi. Tak banyak yang tahu kalau rumah megah dengan perpaduan arsitektur Eropa dan Jawa klasik ini menyimpan banyak sejarah yang panjang. Selama ini, orang lebih banyak tahu rumah yang dibiarkan tak terawat selama 50 tahun ini sebagai omah lowo alias kelelawar.
Ya, selama puluhan tahun bangunan ini nggak jelas statusnya. Akibat tidak adanya kepemilikan yang sah, rumah ini dibiarkan kosong gitu aja. Saking nggak ada kehangatan energi manusia, akhirnya para genk kelelawarlah yang menjadi penghuni. Hm, kebayang kan kek gimana horornya area ini sebelum dipugar.
Rumah tua yang telah ada sejak jaman Belanda ini bertuliskan Villa Liberty di bagian depannya. Sekarang, kita bisa melihat bangunan yang telah dirombak menjadi jauh lebih bagus dan terawat. Beda banget sama penampakannya beberapa tahun ke belakang. Yang bikin makin miris, ya karena gedung ini terletak di tengah-tengah area bisnis yang cukup modern dan ramai. Jadi jomplang aja gitu dilihat dari semua sudut.
Baca juga yuk : Staycation di the Alana Solo
Omah Lowo sendiri merupakan bangunan bersejarah yang berdisi sejak abad ke-19. Tidak banyak informasi tentang kepemilikannya, kecuali pada sekitar tahun 1945 rumah ini dimiliki oleh keluarga berdarah Cina yakni Sie Djian Ho. Beliau adalah salah satu pengusaha ternama di Solo, yang bisnisnya merambah dunia penerbitan, perkebunan dan pabrik es.
Di era kemerdekaan RI, rumah ini kabarnya diserahkan kepada pemerintah RI, lalu dijadikan tempat persembunyian tentara Indonesia untuk menahan serbuan kembali penjajah Belanda dan Inggris. Sempat dijadikan gedung veteran, akhirnya di sekitar tahun 80-an, Omah Lowo difungsikan sebagai kantor haji dan kamar dagang kota Solo.
Dari koleksi foto yang sempat saya lihat di sana kemarin, rumah kuno ini masih mempertahankan banyak bagian asli. Misalnya tegel, kusen pintu dan jendela, bentuk atap, dan lain-lain. Penggunaan langit-langit yang tinggi, ukuran pintu dan jendela yang setinggi 3-4 kali lipat tinggi orang dewasa, mencerminkan arsitektur khas Eropa. Ada 4 ruangan yang kini difungsikan sebagai ruang pamer museum. Meski statusnya adalah bangunan cagar budaya (BCB), kepemilikan gedung ini bukan pada pemerintah. Melainkan pada perseorangan. Harganya pun fantastis ya, mencapai puluhan miliar rupiah.
Mampir sini juga dong : Menjelajah Wisata Solo dalam Sehari
Setelah melewati perjalanan yang sangat panjang, beberapa tahun yang lalu rumah ini sekarang dimiliki oleh keluarga Alm. Handianto Tjokrosauptro, pemilik Batik Keris, yang tak lain adalah generasi penerus dari Sie Djian Ho. Jadi ceritanya, rumah ini kembali pada “pemiliknya” gicuuu…
Sejak itulah sang pemilik merombak dan menjadikannya rumah heritage Batik Keris. Bekerjasama dengan beberapa pihak termasuk GPH Paundrakarna, cucu Bung Karno, proses pembangunan gedung ini dilaksanakan. Sayang, belum sempat melihat hasil akhir proses renovasi, Handianto tutup usia pada Desember 2018 lalu.
Menurut mas-mas guide yang mendampingi saya jalan-jalan kemarin, untuk membersihkan lantai aslinya, butuh 6 kali proses pemolesan loh. Soalnya lantainya kotor banget sama kotoran kelelawar yang sudah bertahun-tahun nggak dibersihkan. Hiiii…kebayang kan ya… wkwkwkwk…
Table of Contents
Ngapain aja di Heritage Batik Keris?
Ada 3 gedung utama dalam area rumah heritage Batik Keris ini. Yakni Gedung A yang merupakan museum koleksi batik premium, gedung B yang menjadi etalase Batik Keris dan barang-barang kerajinan UMKM lokal, serta gedung C yang saat ini difungsikan sebagai resto.
Kalau kalian penasaran sama isi di dalemnya, kuy ikutin cerita saya berikut ini ya…
Makan di Resto Keluarga
Begitu masuk gerbang utama, kita disambut oleh gedung C yakni area resto, dan gedung B, yakni area toko. Jadi meskipun gedung A adalah bangunan utamanya, tapi pintu masuknya justru dari belakang. Untuk masuk ke gedung A nggak boleh sembarang orang. Kita harus membeli tiket dan didampingi oleh guide khusus selama berada di dalam.
Bacaan terkait : Ngopi Cantik di Kota Solo
Gedung C alias resto berada di sebelah kanan gerbang masuk utama. Sedangkan di seberangnya terletak toko tadi. Sampai di sini, kita bebas masuk secara gratis ya. Kecuali kalau emang mau jajan di resto ya harus bayar harga makanan dan minumannya (((ya iyalaah))). Berhubung kami sudah breakfast di hotel, jadi nggak mampir sini deh.
Berbelanja Pernak-Pernik Batik
Masuk toko, kami langsung disambut sama petugas yang ramah-ramah dan semuanya memakai Batik Keris. Deretan baju, kain, dan bermacam pernak-pernik Jawa berjejer rapi di setiap sudutnya. Buat kalian yang hobi banget sama batik tulis, di sini surga banget deh. Dijamin barangnya oke punya dan berkelas. Untuk urusan harga siap-siap aja rogoh kocek lumayan dalam. Tau ndiri kan, batik tulis emang susah banget proses pembuatannya. So, wajar aja sih kalau harganya cukup wow.
Selain kain, ada banyak benda lain yang bisa kita beli di sini. Saya sendiri kemarin beli 3 mug batik yang cantik buat oleh-oleh di rumah. Mayan bisa buat pajangan cantik. Selain mug, ada juga clutch, dasi, kipas, dan bermacam barang lain.
Area toko ini nggak terlalu luas dan semuanya memakai pendingin ruangan. So nggak perlu takut kepanasan ya di sini. Soalnya hawa Solo tuh sama kayak Jogja, suka panas gitu.
Well, balik lagi ke area toko ya…. Untuk setiap pengunjung yang berbelanja minimal 100K dan kelipatannya, bisa menukarkannya dengan tiket masuk Gedung A yang dijadiin museum batik itu. Awalnya saya nggak pengen ke sana sih, secara mayan juga masuknya cepek gitu dan anak-anak nggak terlalu pengen juga liat koleksi batik. Tapi, setelah dipikir-pikir ngapain yang ke sini nggak liat batik? Ihihihi… kan lucuk! Lagian kalau cuman di area toko dan outdoor-nya ini, jelas kurang banyak spot kecenya. Yawes, jadilah tiga mug batik tadi jadi entry tickets buat kami ke museum batik premiumnya Batik Keris.
Menjelajah Koleksi Batik Premium
Tadinya agak ragu juga sih dalemnya kayak gimana nih museum. Takutnya kurang menarik gitu, Genks! Eh ternyata sampe dalem terkagum-kagum dong sama interiornya, koleksi pernak-perniknya, dan segala macem di dalamnya. Mantul banget pokoknya. Berasa lagi di dalam istana gitu.
Oya, di dalam museum ini kita nggak boleh mengambil gambar dengan kamera beneran yah. Setiap pengunjung hanya boleh pake kamera jadi-jadian hape aja, tapi bebas berfoto di mana aja di seluruh area museum ini. Seorang guide juga akan menemani kita sejak masuk hingga keluar lagi, lengkap dengan penjelasan dari setiap ruang dan beberapa barang yang ada di dalamnya.
Nggak pengen menyia-nyiakan kesempatan ini, kami bertiga pun berfoto di mana-mana. Hehe… sayangnya karena cuma pake kamera hape, ya gambarnya beberapa ada yang blurred gitu deh. Hiks…
Di penghujung museum touring ini, kami ada di ruang tamu utama yang berisi koleksi foto before-after dari Omah Lowo ini. Pas liatin album before-nya, emang asli serem loh wkwkwk… spooky pol! Untungnya renovasi yang dijalankan ini bikin semua hawa negatif dari bangunan sebelumnya itu jadi nggak kerasa lagi. Pokoknya adem aja gitu liatnya.
Bacaan menarik lainnya : Pengalaman Menginap di Sahid Jaya Hotel Solo
Kapan sebaiknya ke Heritage Batik Keris?
Menurut saya sih, kalau kalian mau ke sini, sebaiknya pagi atau sore sekalian. Soalnya kalau pas siang, ara outdoor-nya mayan panas gitu deh. Kalau nggak salah, museum ini buka sampai malam ya. Jadi no worries. Kalian masih bisa ngabisin siang di Solo, trus dilanjut ngabisin senja di tempat ini sambil makan malam.
Woke, segitu dulu deh laporan halan-halan kami di Heritage Batik Keris, Solo ini ya. Tunggu cerita kami lainnya di tempat wisata lain di kotanya Jan Ethes ini.
See ya!
Wah tempat yang dulunya jadi habitat kelelawar disulap jadi keren gini mba Bet, Instagramable kalo kata anak kekinian, hehe 🙂 Batiknya juga cakep, nggak terkesan jadul modelnya, dan asiknya lagi bs mampir ke restonya juga ya setelah jalan2. Seru banget nih perjalanannya mba 🙂
Gedungnya bagus ya, isinya apalagi. Jadi tau banyak soal batik premium plus tempat buat futu-futu. Jadi pengen kesana, penasaran.
Aku pernah ada acara tahun berapa gitu di hotel di seberang Omah Lowo. Malam, jadi terlihat spooky gitu, krn belum direnovasi…
Keren banget setelah direnovasi yah. Wow banget liat tegelnya…
Tegel rumah zaman dulu tea…Kebayang iih tebelnya kayak apa ama kotoran lowo…hiii
Hmmm..aku SMA nya seangkatan sama tokoh yang disebut mbak Betty di artikelnya..wkwkwkk. Btw, padahal aku klo mudik Boyolali pasti jalan-jalan ke Solo juga, tapi kok terlambat tau klo Omah Lowo udah ngga serem lagi.. Instagrambable pula. Kapan-kapan ke sini ah. Makasih mbak Betty…
Kalau ada bangunan tua begini, saya jadi penasaran bagaimana ceritanya ketika bangunan ini masih berjaya di jamannya. Keren pasti kalau ada filmnya. Hmmm
Menarik nih, koleksinya masih bagus dan terawat banget jadi layak kunjung. Btw lebih dari 5 tahun saya gak mampir Solo. Padahal jaman dulu tiap minggu ke Solo. Kulakan ke Klewer, kekeke. Ini kan deket banget dari Klewer. Dulu sering tak lewati kalau mau ke arah terminal. Lebaran nanti semoga bisa mampir sisan ke Magetan.
Syukurlah akhirnya Omah Lowo kembali ke pemiliknya direnovasi dan hasilnya menakjubkan sekali. Dulu pas pernah lewat sini ditunjukkin sama adik ipar yang tinggal di Solo, ini lho Omah Lowo..duh spooky bangets dan merasa sayang sekali ya kalau terbengkalai
Wah, mau bangets pas ke Solo lagi singgah ke sini
Lihat penampakan Omah Lowo kayaknya menyeramkan ya, Mbak. Untung saja segera direnovasi menjadi Heritage Batik Keris, sehingga kelestarian bangunannya bisa terawat kembali.
Seru juga kalau berkunjung ke Heritage Batik Keris, selain ngeborong batik bisa sekalian foto-foto di spotnya yang kini lebih instagram-able, ya … :))
wah jadi keren ya, tapi yang diluar daerah sebagian besar agak susah kalau traveling, mesti patuhi protokol kesehatan…
semoga pandemi cepat berakhir & bisa refreshing bebas!