Saya ini pecandu DraKor. Tapi, mentang-mentang pecandu saya juga nggak trus jadi gelap mata semua drama saya pantengin sih. Hahaha… ya iyalah. Mosok kalau semua drama ditonton, njuk kapan saya produktifnya? Bisa-bisa dapur nggak ngebul gegara asik melototin Oppa-oppa nan bening menawan itu.
Genre drama kegemaran saya tuh so pasti romantis, komedi, dan sedikit action. Tapi, saya bukan juga masuk gengnya mamak-mamak pecinta era Joseon yang pemainnya suka pake hanbok nan ribet itu. Saya lebih suka drama kekinian yang pemain-pemainnya stylish dengan dandanan modern dan flawless.
Nah, baru-baru ini saya nonton sebuah drama yang udah agak lama sih tayangnya, sekitar 4 tahun yang lalu. Judulnya Kill Me Heal Me yang dibintangin oleh Ji Sung, Hwang Jung-eum, Park So-joon, dan Kim Yo-ri.
Awalnya saya nonton drama ini karena ada Babang So-joon di sana, eh taunya pas udah nonton ternyata asik banget sampe rela begadang hahaha. Yang menarik dari drama ini tuh bukan cuma berisi tentang percintaan menye-menye seperti beberapa drama lain yang pernah saya tonton loh.
Kill Me Heal Me menceritakan tentang seorang pria yang memiliki kepribadian ganda (Dissociative Identity Disorder atau disingkat DID). Cha Do Hyun, nama pria tersebut, mengidap DID sejak usia 7 tahun. Hingga umurnya 28 tahun Do Hyun memiliki 7 kepribadian berbeda, mulai dari anak kecil, pria setengah baya, hingga seorang pemuda bengis dan kejam yang hobi marah-marah. Ohya, ada lagi Yo Sub, kepribadian seorang pemuda 17 tahun yang terobsesi untuk bunuh diri.
Table of Contents
Gangguan disosiatif merupakan penyakit mental dengan gangguan kerusakan memori, kesadaran, identitas dan persepsi. Ketika satu atau lebih fungsi tersebut terganggu, simtom dapat muncul. Gejala-gejala tersebut dapat mengganggu fungsi umum manusia, termasuk fungsi kerja, aktivitas dan relasi sosial.
Disosiatif merupakan coping mechanism, bahwa seseorang menggunakan cara tersebut untuk menghindar dan melepaskan diri dari situasi stres dan kenangan traumatik. Cara tersebut digunakan oleh seseorang untuk memutuskan hubungan antara dirinya dengan dunia luar, serta untuk menjauhkan diri dari kesadaran tentang apa yang terjadi. Disosiasi dapat berfungsi sebagai mekanisme pertahanan (defence mechanism) terhadap rasa sakit fisik dan emosional dari pengalaman traumatik dan stres. (Scrappo dkk., 1998).
Sungguh miris melihat seseorang seperti Do Hyun ya Moms. Bayangin aja, si kepribadian utama ini bisa kehilangan memori, waktu dan kesadarannya saat kepribadian lainnya muncul. Jadi, dari luar dia bisa terlihat seperti orang gila di mata orang lain. Saat kepribadian lain menguasainya, Do Hyun akan bertingkah, berpakaian, dan berbicara dengan cara yang sangat berbeda.
Awalnya saya tuh agak bingung nebak-nebak alur cerita drama ini kek gimana. Tadinya saya pikir, Do Hyun menderita DID ini karena menjadi korban kekerasan saat kecil. Jadi trauma itu membekas dalam dirinya dan untuk mempertahankan diri, Do Hyun “memecah” hati dan pikirannya menjadi potongan-potongan kecil. Saat dilanda ketakutan yang sangat, Shin Se Gi akan muncul dan menggantikannya. Di waktu lain, ketika dirinya depresi maka muncullah Yo Sub yang sudah beberapa kali hampir saja membunuh dirinya.
Seiring cerita bergulir, penulis cerita mulai membuka satu persatu petunjuk yang akhirnya menggiring saya memahami kenapa Do Hyun menjadi seperti itu (mengidap DID).
Jadi gini….
Di usia belia, Do Hyun berada dalam kondisi yang tidak menyenangkan. Dia kehilangan sosok ayahnya yang penyayang dan berganti menjadi figur ayah yang kejam. Kenyataan bahwa dirinya adalah anak dari istri kedua membuatnya dibenci oleh sang nenek yang merupakan konglomerat di Korea. Sementara, ibu tirinya ternyata juga memiliki anak perempuan yang sepantaran dengannya. Karena tak ingin anak perempuan ini menjadi saingan anaknya, Joon Pyo (ayahnya Do Hyun), mengurung gadis kecil ini di ruang bawah tanah dan menyiksanya hampir setiap hari.
Do Hyun yang ingin menolong tapi nggak punya kekuatan, akhirnya memendam kebencian yang sangat pada sang ayah. Selain itu, amarah yang berkobar dalam jiwanya membuatnya frustasi dan akhirnya tanpa sadar dirinya menciptakan kepribadian baru yang bisa mewakili perasaannya itu. Di situlah Shin Se Gi muncul, karakter kejam dan penuh amarah yang tak bisa dikeluarkan oleh pribadi Do Hyun.
Hingga akhirnya, Shin Se Gi membakar rumah ayahnya dan berusaha melarikan diri bersama si gadis kecil. Malang, hal itu tak pernah terjadi. Ayahnya justru koma akibat berusaha menyelamatkannya. Sementara si gadis kecil hilang entah ke mana.
Belakangan, gadis kecil ini menjelma menjadi psikiater yang cantik bernama Oh Ri Jin. Dan pada gilirannya, menjadi psikiater pribadi Do Hyun. Perlahan, kabut yang menyelimuti masa lalu keduanya mulai terkuak. Bahkan, pemirsaaa…. di episode ke 18 kalau nggak salah (dari 20 episode), baru terungkap bahwa pemilik nama Cha Do Hyun itu sebenarnya bukanlah si pria pengidap DID ini, tapi si gadis kecil yang menjadi korban kekerasan ayah tirinya (yang akhirnya menjadi psikiater tadi).
Baca juga : Sinopsis Drama Korea “Her Private Life”
Nah, trus nama aslinya siapa?
Cha Kyung Joon. Itulah nama aslinya. Tapi karena luka traumatik yang sangat mendalam, Kyung Joon kecil kehilangan kesadarannya dan menganggap dirinya sebagai Cha Do Hyun, termasuk mengambil alih rasa sakit si gadis kecil itu sebagai luka yang dia miliki. Dan demikianlah dia hidup selama 22 tahun, dengan luka batin yang sangat dalam.
At the end, sang ayah akhirnya sadar dari komanya. Dia memohon maaf pada Oh Ri Jin karena telah menyiksanya, serta kepada Do Hyun yang telah menjadi korban. Meski memaafkan perbuatan Joon Pyo, kedua orang ini tidak ingin berhubungan lagi dengannya.
Setelah traumanya tertangani, Cha Do Hyun memiliki kembali kepribadiannya secara utuh. Satu demi satu kepribadian lain memudar dan hilang sama sekali. Oh Ri Jin juga menemukan kembali memorinya yang sempat hilang, dan berdamai dengan masa lalu. Mereka berdua saling jatuh cinta dan menikah.
And yes, that’s how the story goes.
Hiks.. saya masih nangis inget gimana anak-anak lucu dan imut itu menjadi monster dan menyimpan luka batin yang mendalam akibat perbuatan orang-orang dewasa yang serakah dan egois.
Well… dari drama Kill Me Heal Me, saya belajar banyak tentang bagaimana perlakuan dari luar bisa membentuk kepribadian seseorang. Karena itu, benarlah teori yang mengatakan bahwa pola asuh dan didikan dari orangtua dan orang dewasa lainnya sangat menentukan warna dan karakter seorang anak. Bagaimana dia menerima perlakuan sejak masih kecil akan membentuknya menjadi seperti apa kelak.
Dan inilah 5 pelajaran penting yang saya petik dari kisah drama ini.
1. Jangan terobsesi dengan kekayaan
Dalam drama ini dikisahkan bahwa ibu kandung Cha Do Hyun sangat terobsesi dengan kekayaan keluarga suaminya. Hal inilah yang membuatnya mendorong sang suami untuk mengambil hati orangtuanya dan menjadikan Do Hyun pewaris konglomerasi perusahaan yang bakalan kaya 10 turunan.
Namun, kenyataannya sang anak justru mengalami disorientasi kepribadian dan berubah menjadi sosok yang menyedihkan.
2. Jangan menikah karena paksaan
Cha Joon Pyo (ayah biologis Do Hyun) menikahi Min Seo Hyuk (ibu biologis Ri Jin) karena perjodohan dari kedua orangtuanya. Mereka sama sekali nggak pernah saling mencintai dan akhirnya malah sama-sama selingkuh dan punya anak di luar nikah. Dudududu… ngenes.
Endingnya udah ketebak, anak-anaklah yang jadi korban. Orang dewasa lempar tanggung jawab dan nggak mau tahu kelanjutan hidup anak-anak tak berdosa itu. So, saya sih penganut menikah sekali seumur hidup. Sebisa mungkin jangan menikah hanya karena paksaan atau perjodohan. Kalau sampai terjadi apa-apa, itu bakalan ngenes sengenes-ngenesnya dan bikin trauma aja.
3. Perlakukan anak secara manusiawi
Anak-anak sudah lazim menjadi korban di banyak kasus kekerasan, baik fisik maupun psikologis. Mereka yang masih belum tahu apa-apa, harus menjadi kambing hitam dari amarah dan kebencian orang dewasa yang ada di sekitarnya. Padahal, secara fitrah mereka harusnya disayangi, dicintai dan diperlakukan dengan baik.
Kekerasan yang dialami anak-anak sejak usia dini sesungguhnya seperti paku yang ditancapkan di kayu. Kalaupun pakunya diambil, lobangnya masih menganga. Dan ini butuh waktu yang sangat-sangat lama untuk membuatnya pulih kembali. Kalau nggak, lobang ini akan menjadi celah bagi peristiwa-peristiwa buruk seperti (misalnya) munculnya penyakit DID ini.
4. Bantu anak melewati masa sulit, jangan menutupinya
Meski mengetahui kelainan yang diderita Do Hyun sejak awal, sang ibu bukannya membantunya memulihkan trauma tapi malah menutupinya dan mengatakan bahwa semuanya sudah berlalu dan semuanya baik-baik saja. Padahal dia tahu anaknya mengalami trauma dan butuh diobati. Mungkin aja loh kalau diterapi sejak awal, kisah ini nggak akan berujung menjadi kasus DID. Salah satu caranya adalah dengan membangun komunikasi yang hangat dengan anak.
5. Seburuk apapun kejadian di depan mata, hadapilah. Jangan melarikan diri dari kenyataan.
Obat untuk mengalahkan rasa takut itu adalah dengan menghadapi penyebab ketakutan itu sendiri. Menghindarinya hanya akan menyembunyikan luka itu untuk sementara. Namun, akar ketakutan itu nggak akan pernah pergi sebelum kita benar-benar mengalahkannya.
So, kalau anak mengalami ketakutan, jangan diejek apalagi dimarahi. Meski mungkin alasannya terasa sepele atau absurd di mata kita, jangan dibiarkan. Bantu mereka menghadapinya sampai ketakutan itu lenyap.
Pun demikian halnya dengan kita, orang dewasa, yang memiliki trauma masa lalu. Ini saatnya untuk bertarung dan menjadi pemenang. Masa lalu bukan untuk disesali atau ditakuti. Mereka ada untuk dijadikan pelajaran. Jadi, hadapilah dengan berani dan berdamailah dengan diri sendiri. Jangan sampai jiwa dan batin kita terluka dalam lalu menciptakan kasus-kasus DID seperti di drama ini ya. Hiii.. ngeri.
Nah, itu tadi 5 pelajaran penting yang saya dapatkan setelah nonton drakor Kill Me Heal Me. Mommies yang belum nonton, sok atuh nikmatin di channel telegram atau lewat aplikasi nonton gratis yang ada di smartphone ya.
Saya juga sudah nonton ini dong 😀 seru banget jalan ceritanya. Ngakak bagian si oppa kalau berubah jadi cewek emang beneran kiyut, xixixi. Tapi saya juga belajar betapa trauma membuat seseorang bisa membuat tameng sendiri di dalam dirinya dan menjadi kepribadian ganda. Orang seperti itu nggak harus dijauhi tapi harus ditemani dan dibantu ^^
Iya mba, bagian Yo Na keluar pasti ngekek aku juga hihihi.
Aku suka liat drakor ini jadi salah satu drakor paling bagus. Tapi ga berani nonton. Kata Ayahnya Erysha, aku ga cocok nonton ini karena takut akunya ga kuat coz aku orangnya parnoan mba bet. Tkut ga kuat liat penyiksaan gtu atau serem ama kepribadian banyak gtu hihihi. Akhirnya blum pernah nonton ini
Ih padahal enggak ada loh mba adegan kekerasan anaknya. Nggak diekspos gitu. Aman kok.. hehe
Ya ampun jadi teringat kalau saya masih menykmpan drama ini di harddisk dan belum sempat ditonton.
Poin pertama soal kekayaan. Duh itu beneran macam berhala yang bisa membunuh bukan hanya karakter diri tapi orang di sekitar sih ya.
Saya jadi tergoda untuk mulai menonton drama ini.
Saya suka dengan film-film bergenre kayak gini. Tapi, satu hal yang membuat saya malas nonton drakor adalah saya sulit mengidentifikasi pemainnya. Di mataku, wajahnya mirip semua, hehehe.
Wah mak bety ini pecinta drakor juga yaa.. Sudah agak beberapa lama nih saya tidak mengikuti drakor. Saya sukanya yang suara asli korea trus subtitle nya inggris. Hehe sambil lihat yang seger seger bening, sambil nyambi merefresh belajar bahasa inggris.
Paling suka saya kalau dramanya ada unsur psikologi gini, melibatkan nental disorder gitu. Kisah dibalik kelainan itu yang beda di tiap cerita. Dan bener harusnya kita bantu anak melewati masa sulit , bukannya malah menutupinya. Yah orangwtua mana sih yang ingin kelainan anaknya terlihat, tapi ternyata kalau ditutup tutupi terus ya jadinya malah bahaya ke mentalnya ya
Walah…nyerah deh aku kalo Drakor. Wong tadinya aku keliru, drakor kukira bukan drama Korea, tapi sejenis drakula ato apa. Jadi kukira film horor dong. Duuh maapin yah buat penggemar drakor. Eh…tapi ternyata ceritanya seru toh ya. Ngeri juga ya semisal di lingkungan kita ada yang berkepribadian ganda, malah sampai 7 seperti itu.
Gara-gara baca tulisan ini, saya jadi kepo sama drakor yang satu ini, hehehe..ketahuan kan saya.
Dulu suka nonton drakor, tapi yang ditayangkan di tv saja, sekarang kan tidak ada lagi drakor-drakor keceh di tv, adanya sinetron melulu yang ceritanya bisa diubah semau produsernya. Tiba-tiba muncullah pemainnya padahal sudah dibilang koit, Eh kok malah curhat sih .
Aku belum sempet nonton nih drakor yang ini. Huhu aku lagi ngikutin beautiful world, abbys juga bagus mbok hehe sambil ngabuburit
Ceritanya seru banget, yaaa. Jadi ingat salah satu novel yang pernah kubaca. Salah satu tokohnya juga berkepribadian ganda. Bacanya sambil terkejut, sedih, nyesek rasanya.
Sebagai orangtua, penting sekali menanamkan masa-masa indah dan bahagia kepada anak-anak. Nggak melulu dengan harta, tapi dengan curahan kasih sayang. Ada anak-anak yang beranjak remaja menjadi salah dalam pergaulan, ada juga yang tumbuh sewajarnya tapi di dalamnya menyimpan luka batin yang dalam. Kalau sudah begini, butuh waktu lama untuk bisa memaafkan dan menerima.
Anak memang harus dibantu untuk mengembangkan dan meningkatkan kepercayaan dirinya, kasihan anak yang tersia-sia, nerpengaruh terhadap kepribadian
Aku tuh sering baca sinopsis drakor lho, dan rata-rata memang banyak pesan tersirat di dalamnya. Meskipun kemasan gaul abis, sebenarnya drakor ini malah mendidik sekali. Tapi sayang beribu sayang, aku gak bisa jatuh cinta. Sumpah, aku mending nonton kartun Disney kae lho Mbak tinimbang ngenteni drakor. Gak telaten aku tuh, heuheu
Aku selalu suka dengan drakor, mau yang kolosal atau yang modern. Yang ini belum nonton, sih. Nanti mau coba cari link-nya, ah. Tengkyu review-nya, Mbak
Setujuuuu…
Masa lalu biarlah berlalu. Jadikan pelajaran untuk meraih masa depan yang lebih gemilang
Bagus nih pesan2 yang bisa diambil ya, Mbak. Walaupun lagi-lagi sampai sekarang saya belum nonton drakor, hehe.
Masalah kepribadian karena luka masa lalu seperti ini real adanya. Makanya saat ada orang dengan perangai aneh, kita sebaiknya tidak buru2 menjudge-nya. Siapa tahu ada banyak kisah dan hikmah di baliknya.
Iyes, kalau dihubungkan dengan dunia parenting, ini jadi pelajaran untuk menjaga anak sebaik2nya. Anak tentu saja boleh bersedih dan ‘terluka’ seiring perkembangan usianya dan tantangan hidupnya. Tapi pastikan itu untuk menguatkannya, bukan sedih Dan luka yg membuatnya trauma.
Nice sharing 🙂
Aku bukan pecinta drakor sih, Mak. Kadang-kadang pas suntuk aja nonton. Tapi habis baca review dirimu, kok, mendadak mupeng aku. Ini udah lama ya tayang?
Mau berburu ah di youtube. Hihi
Wow, this article is nice, my sister is analyzing these
things, therefore I am going to convey her.