Hai Moms!
Setelah vakum beberapa hari karena tepar kena flu berats, akhirnya I’m back!! Yipiiee!! *yaelah siapa juga yang nyariin yak?*
Kali ini saya masih akan ajak teman-teman semua untuk keliling kota Solo. Sst, tahu nggak sih, meski kampungnya Jokowi ini deket banget dari Jogja, saya jarang ke sini loh. Dulu, saya pernah berkunjung ke keraton Solo, pasar Klewer, dan Solo Grand Mall. Nah, mumpung sekarang ada waktu, saya mau mengunjungi beberapa tempat wisata yang baru di kota ini. Karena bawa anak-anak, kami pengin cari destinasi wisata edukatif saja.
Di Solo, ada suatu kawasan yang namanya Colomadu. Mungkin ada beberapa teman yang pernah mendengarnya? Kawasan ini berada di lingkar luar Solo menuju ke arah Jogja. Sekalian kemarin jalan pulang, kami sekeluarga mampir sebentar ke daerah yang dulu terkenal sebagai sentra pabrik gula ini.
De Tjolomadoe.
Demikian nama destinasi wisata yang masih gres alias fresh from the oven ini. Tempat wisata yang menempati lahan bekas pabrik gula ini sekarang disulap menjadi museum yang apik dan artistik. Selain itu, pastinya jugak instagramable. Iya lah, hari gini kalau destinasi wisata nggak asyik buat popotoan mah, kayaknya nggak laku yes?
Lahan yang ditempati De Tjolomadoe ini luas banget, Moms. Parkirannya juga bisa nampung buanyaak kendaraan. Sayangnya, karena masih baru jadi belum banyak pepohonan yang menaungi. Awalnya, kami sempat bingung mau beli tiket masuk di mana. Si papi udah bolak balik ke sana-sini mencari loket pembelian tiket tapi nggak nemu. Pas saya nanya ke petugas security rupanya museum ini masih free alias gak usah bayar, karena masih dalam masa soft launching. Wah senangnya! *rejekimamakdoyangretongan*
So, De Tjolomadoe Museum ini terdiri atas 2 gedung utama yang saling terhubung. Dilihat dari tulisan yang tertera, perkiraan saya gedung ini dibangun tahun 1928 (please correc me if I’m wrong ya). Di tengahnya ada cerobong gede yang mungkin pada jamannya berfungsi sebagai pembuangan asap.
Karena nggak ada panduan, saya pun mulai menjelajah dari gedung yang berada di depan, bertuliskan Stasiun Ketelan di atas pintunya. Setelah melewati pintu itu, saya disambut dengan anak tangga. Lantai luas yang saya injak bermotif kotak-kotak. Di bagian kanan terdapat koleksi mesin-mesin jaman baheula yang sudah nggak dipakai lagi. Ukurannya jumbo, Moms. Cuma, saya kok jadi berasa agak ngeri gitu membayangkan mesin-mesin itu dioperasikan pada jamannya ya hehe. Dari lantai yang saya injak ini, nggak terhubung dengan ruangan tempat giant machines itu berada. Selain karena tinggi lantainya nggak sama, kami juga dipisahkan dengan pagar yang lumayan tinggi. Saya harus berputar dan melewati jalur lain untuk sampai di ruangan tersebut.
Di sebelah kiri pintu utama tadi, ada kafetaria yang menyediakan makanan modern. Lurus lagi ke arah dalam, ada toilet dan anak tangga yang menghubungkan lantai ini dengan ruangan-ruangan di bawahnya. Tangga ini terletak tepat di dekat sebuah (apa ya saya nyebutnya?) pintu besar berbentuk oval yang terbuat dari tembok. Seperti gerbang gitu lah pokoknya. Di balik gerbang itu, ada beberapa toko yang menjual souvenir berupa kain batik dan lain-lain.
Menuju ke kanan, adalah jalur menuju mesin-mesin berukuran jumbo yang tadi saya lihat pas masuk. Sementara di sebelah kiri saya adalah jalur menuju ke ruangan selanjutnya. Kita bisa selfie dulu di bagian ini.
Selain itu, ada kafetaria juga di samping lorong ini, namanya Tjolo Koffie. Design-nya cukup modern, sama seperti makanan yang dijualnya. Kebetulan, hari itu kafe tampak sepi.
Nah, di dekat kafe ini ada sebuah pemandangan unik sekaligus cukup ngeri juga. Yaitu akar pohon segede gaban yang menembus tembok. Sepertinya, akar ini sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu. Hal ini terbukti dari foto yang dipajang pada dinding di sampingnya itu. Saya nggak tahu apakah akar pohon ini masih hidup atau nggak. Kalau pohonnya sih udah nggak ada ya, tapi akarnya masih terlihat segar dan “hidup”. Mungkin diawetkan? Entahlah. Nggak ada petugas yang bisa saya tanyain.
Tepat di samping akar pohon dan Tjolo Koffie, ada gerbang lagi menuju beberapa ruangan lain. Termasuk di dalamnya sebuah cafe atau resto yang menawarkan beberapa makanan modern. Namanya Besali Cafe. Saya sempat ngintip menunya lumayan mahils, jadi nggak jadi mampir deh wkwkwk. Di bagian lain, ada beberapa spot foto yang unik juga loh. Seperti lukisan super besar yang ada di belakang saya ini. Kesan jadul dan unik langsung berasa ya. Kayak lagi terlempar ke masa lalu aja.
Di samping ruangan ini (tepatnya di depan akar pohon tadi), ada mesin-mesin besar lagi yang dipamerkan. Semua mesin yang ada di sini sudah nggak dipakai lagi ya Moms. Jadi benar-benar hanya dipamerkan saja. Oya, bagi pengunjung yang ingin ke toilet, di sisi ini juga ada 2 buah toilet lagi yang cukup bersih.
Di samping resto ini, ada 2 spot foto yang disetting ala vintage. Buat kita-kita yang hobi selfie, tempat ini pas banget untuk nongki syantik sambil berfoto. Sayangnya, saya hanya bisa ambil gambar di 1 spot saja karena spot yang satunya penuh sama pengunjung lain. Anak-anak sudah rewel dan lapar, jadi nggak mau nunggu.
Setelah puas melihat-lihat, kami sekeluarga menuju ke lorong di mana terdapat mesin-mesin tadi. Lorong ini langsung menuju ke pintu keluar. Tepat di ujung ruangan, ada beberapa pintu super besar berwarna coklat yang sepertinya merupakan sebuah hall atau ruangan pertemuan yang cukup besar. Mungkin ruangan itu akan disewakan untuk beragam keperluan.
Keluar dari pintu utama, saya disambut dengan jejeran pintu dan jendela di sepanjang selasar. Di tengahnya terdapat taman kecil dan beberapa tempat duduk untuk bersantai. Hanya saja, cuaca cukup panas dan nggak ada peneduh, bikin saya urung untuk duduk di sana.
Oya ada sebuah cerobong tinggi di antara dua gedung utama ini. Saya sempat mengabadikan diri di sini. Instagramable kan?
Berikut beberapa tips untuk teman-teman yang ingin mampir ke sini:
1. Bawa payung atau topi
Karena tempat ini masih baru, pepohonan yang ditanam belum bisa memberikan efek teduh. Jadi puanass pol. Apalagi pas musim kemarau kayak sekarang ini. So, kalau teman-teman mau ke sini, sebaiknya siapkan payung atau topi untuk menahan teriknya matahari. Jalan dari parkiran menuju ke museum lumayan jauh, sekitar 100 atau 200 meter gitu. Mayan, kan kalau harus nahan panas?
2. Selalu siap air putih.
Untuk mengelilingi museum ini butuh waktu cukup lama. Supaya anak-anak nggak dehidrasi, bawalah cukup air minum ya.
3. Bawa kipas
Di dalam museum cukup gerah, meski ventilasi yang ada lumayan banyak.
Menuju ke gerbang keluar parkiran, kami melihat beberapa gedung atau ruangan yang cukup besar. Letaknya agak terpisah dari ruangan-ruangan lainnya.
Perjalanan kami di De Tjolomadoe berakhir sudah. Hari beranjak sore dan the krucils sudah rempong kelelahan karena jalan sejak pagi. Bagi teman-teman yang mau nginap di kota ini, bisa coba stay di Sahid Jaya Hotel Solo. tempatnya enak dan nyaman untuk keluarga kok. And now, we have to say, “So long, Solo! Sampai jumpa lagi lain waktu.”
Thanks for reading,
Keren mbak…saya pernah kesana. Ketika masuk gedung berasa kecil banget deh karena kebanyakan perlengkapannya serba besar dan gedungnya tinggi
Keren banget mbak Betty fotonya juga hidup banget. Baru tadi pagi dokterku cerita tentang tjolomadoe ini kata beliau mirip di luar negeri. Eh dapat ceritanya langsung plus fotonya yang super keren. Makasih ya mbak Betty semoga suatu hari bisa berkunjung ke sana.
Eksotis banget akarnya Mbak. Jadi pingin foto-foto di sana.
wah tempatnya bagus ya dan luas sekali
Saya kalau pulang kampung ke solo dan gak tau museum ini loh. Makasih banyak mba infonya, pulang kampung tahun depan mampir lah kesini hehe. Keren tulisannya mba 👍🏻
Hehm… Keren mbak tempatnya. Apalagi yang foto syanteek nambah lokasi jadi syanteek juga. Hehe.
Itu gak ada petugasnya kmn ya mbak? Sayang gak ada yg ditanyain ya
Waduh, Mbak Betty … Ini aku orang Solo malah belum kesini. Nggak tahu malah … Hahaha. Foto-fotonya keren banget, lho …
wahhh, bagus sekali tempatnya, bersejarah sekali. Foto-fotonya juga bagus..
Astagaaah…tiap lebaran mampir Solo karena ada adik ipar, kok baru tau ada Tjolomadoe ini yak daku..huhuuhu. Next mudik harus duagendakan ini..Keren begini euyy
Wah, colomadu skrg kece banget. Jauh dr zaman sy ke sana dl yg udah mirip museum berhantu, wkwkwkwk
Wihihihi museum spooky yes mba? Makanya sekarang dibangun lebih apik, biar instagramable.
Si mbok, photo-photonya bikin mupeng euy. Kapan yah aku bisa diajak kesitu jugak?
Ayok, Makdi, liburan ke Jawa tak ajakin ke sini
Keren amat Tjolomadoe…keren2 foto nya mbak, jadi mupeng main ke sana 😀
Iya Mba, yuk ajak anak-anak ke sini kalo pas libur. Btw makasih sudah mampir ya..
Wiih seru kayanya jalan2 ke situ. Setiap lebaran padahal ke Solo tp ga pernah tau tempat ini. Kynya anak2 bakal terkagum2 lihat mesin-mesin raksasanya. Nice info ^_^
Hehe iya mba, seru sama serem wkwkwk.. ngebayangin jaman dulu gerakin mesin ginian gimana ya
Keren.. rekomendasi tempat yang baru saya tahu, hihihi.. bisa dicatat nih buat next liburan ke Solo.. makasi mbak Bety infonya😍
Sip, Mba Dewi, kalau ke sini bisa mampir sebentar
Samaa… saya kalau ke Solo, kalau gak ke kraton Solo, Pasar Klewer atau ke Mall-nya (Kalau ke mall baru sekali, deng hehehe).
De Tjolomadoe menarik juga ya. Itu mesin segede gaban, fungsinya buat apa, ya? Kayak buat di pabrik-pabrik, ya…
Iya teh, jadi ini dulunya pabrik gula jaman baheula gituu. Makanya mesin-mesinnya segede gaban hehe
Jadi pengin mampir kaluo nglewati soll
Ayo Mba Lisa.. vakansi ke sini hehe
Keren banget Mba Bety…mupeng nih..
makasih Bunda Srie, ayo kalau ke SOlo mampir ya